Kembali
ke rutinitas setelah Lebaran 1434 Hijriyah. Eh, tapi sebelumnya, saya ngucapin
taqabbalallahu minna wa minkum. Minal aidzin wal faidzin. Aamiin yaa rabbal’alamiin
… Mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya buat saya atas segala
kesalahan saya yang tidak saya sengaja perbuat. Karena saya tidak ada niatan
sedikit pun untuk sengaja berbuat salah kepada siapa pun. Maaaaff yaaaa …. :-)
Balik
ke topik. :-D Kembali ke rutinitas seperti sebelum libur Lebaran. Meskipun
sebenernya kantor saya mulai masuk hari Kamis tanggal 15 Agustus kemarin. Tapi karena
masih bau-bau libur Lebaran, hari Kamis dan Jumat masih rada loyo-loyo gitu di
kantor. Bawaannya masih pengin liburaaaan aja ngelonin Aufa di rumah, terus
jalan-jalan bertiga sama Aufa dan ayahnya. Tapi yaaa … libur Lebaran selama 2
minggu tetep sudah selesai, dan sekarang kudu kembali bekerja. Haish! Hihihi ….
Eh,
tapi ini mau ngomongin libur Lebaran kemarin, bukan ngomongin masuk kerja lagi.
Gimana sih saya? Hihihi …. Lebaran kemarin keluarga kecil kami mudik selama 5
hari. Yeayyyy!! Kata MUDIK itu betul-betul bikin saya syeneeeeengg. Ketemu ortu
dan keluarga soalnya. Sama sih ya sama semua orang yang juga seneng kalau
mudik. Bener kaaaan? Kami mudik hari Selasa pagi, H-2 Lebaran. Soalnya ayahnya
Aufa masih masuk kerja sampai Senin malem.
Agenda
mudik kami yang pertama adalah ke Wonogiri, kampung halaman suami. Jarak dari
rumah kami sekitar 2,5 jam perjalanan naik sepeda motor. Wonogirinya di sebelah
timur, tepatnya di kaki selatan Gunung Lawu, udah deket dengan perbatasan
dengan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Di Wonogiri, kami nginep 3 malam. Selama
perjalanan mudik ke Wonogiri, kami berhenti sekali untuk istirahat. Kami
berhenti di sebuah masjid di pinggir jalan di daerah Ngadirojo. Karena saat itu
masih Ramadhan, jadi istirahatnya nggak masuk ke rumah makan. :-D Cukup di
mesjid. :-D
Sejak
sampai di rumah mbahnya, Aufa nggak mau turun dari gendongan. Aufa reweeeeel
banget. Nggak mau diajak siapa-siapa. Maunya gendong saya atau ayahnya. Blas
nggak mau dideketin sama siapa pun. Digendong? Hmmm … apalagi. Dideketin aja
nggak mau, apalagi digendong. Nggak mau banget plus pakai nangis goer-goer.
Aufa baru mau turun dari gendongan kalau diajak ke halaman PAUD yang ada di
belakang rumah mbahnya. Di halaman PAUD itu ada berbagai macam mainan. Ada
ayunan, perosotan, jungkat-jungkit, tempat panjat-panjatan, dan lain
sebagainya. Di tempat itu juga adem rasanya, soalnya di sana banyak tumbuh
pohon cengkeh. Jadinya udaranya sejuk semilir ada banyak angin. Plus lagi di
tempat itu sepi. Jadinya Aufa mau turun, mau main sendiri, mau inak-inik
jalan-jalan. Tapi kalau di tempat itu ada selain saya atau ayahnya, balik lagi
deh rewelnya. Balik juga nggak mau turun dari gendongan. Hmmm … nasib deh nasiiiib.
Aufa nggak nyaman dan nggak kerasan ada di rumah mbah Wonogiri.
Hari
Jumat pagi alias Lebaran hari kedua, kami gantian mulai meluncur ke Kulonprogo Jogja
ke kampung halaman saya. Kami berangkat dari rumah mbah Wonogiri sekitar pukul
9 pagi. Agak siangan sih itu namanya. Tadinya pengin berangkat lebih pagi gitu,
jam 7 gitu. Karena itu hari Jumat, penginnya pas Shalat Jumat udah sampai di
rumah mbah Jogja. Tapi ternyata banyak yang mesti dilakukan, plus belum lagi
Aufa masih terus rewel. Akhirnya baru bisa berangkat jam 9 pagi.
Sejak
awal kami sudah memutuskan untuk menempuh perjalanan panjang naik sepeda motor
saat mudik Lebaran kali ini. Dan saat mudik ke Jogja pun, kami tetap bersepeda
motor ria. Kami memperkirakan lama perjalanan sekitar 6 jam perjalanan dengan
sudah termasuk berhenti di jalan untuk istirahat. Kami memilih jalur alternatif.
Sesampainya di daerah Krisak Selogiri Wonogiri, kami memilih belok ke barat, ke
arah Klaten. Ternyata seruuuuuu!! Di awal-awal jalur alternatif, ternyata dulu pernah
saya lewati saat saya dulu masih aktif sebagai kuli tinta. Jalur liputan, gitu
ceritanya. “Oooh, tembusnya jadi lewat sini toh jalannya?” saya jadi mikir
gitu. Saya dengan suami jadi punya obrolan seru selama perjalanan soal jalur alternatif
itu. Karena di waktu yang berbeda dengan saya, ternyata dulu suami saya juga
pernah beberapa kali liputan di daerah yang kami lewati saat mudik itu. Hihihi …
nostalgia zaman liputan dulu, gitu ceritanya. Kami jadi tahu daerah-daerah
baru. Tahu juga daerah-daerah yang selama ini hanya sering saya dengar saja.
Tapi pas mudik itu, saya melewatinya. Jadi bikin perjalanan mudik itu jadi
asyik karena obrolan seru dengan suami selama perjalanan. Alhamdulillah juga Aufa
bobok lama selama di perjalanan. Pas dia bangun, dia juga nggak rewel. Jadinya
seneng banget gitu biarpun perjalanan panjang itu kami tempuh dengan sepeda
motor. :-D Lintas alternatif kami itu tembus di Stasiun Srowot Klaten. Beberapa
ratus meter setelah lompat rel kereta api di Stasiun Srowot, kami tembus di
jalan besar Jogja-Solo. Udah deket Prambanan.
Saat
tiba Shalat Jumat, kami sampai di daerah Prambanan. Kami berhenti di masjid
besar di depan Candi Prambanan agar ayahnya Aufa bisa Shalat Jumat dulu. Naaah,
baru deh pas sepeda motor berhenti di parkiran, Aufa baru mulai rewel. Entah
karena capek atau entah karena di sana buanyak banget orang yang juga sama-sama
berhenti sebentar untuk Jumatan, Aufa rewel berat. Nangis heboooooh banget
goer-goer. Dineneni nggak mau, digendong nggak mau, diturunin juga nggak mau.
Semua nggak bikin dia seneng. Nangiiiis aja selama khutbah Jumat dan Shalat
Jumat. Saat ayahnya selesai shalat dan menghampiri saya dan Aufa, Aufa langsung
diem dan minta gendong ayahnya. Ngecipik ngobrol sama ayahnya. Emoh gendong
dengan saya. Huhuhuuuu … Jadi itu tadi heboh nangis gara-gara pengin nemplok
ayahnya gitu? Eh eh eeeehh ….
Habis
Jumatan, kami melanjutkan perjalanan lagi. Kami istirahat lagi saat kami sampai
di daerah Dongkelan Bantul buat makan siang. Soalnya setelah Prambanan, kami
nggak nemu rumah makan lesehan. Huhuhu … susah bener nyari rumah makan lesehan
di sepanjang jalan Jogja-Solo. Dari dulu sampai sekarang, tetep susah nyari
rumah makan yang ramah bayi dan batita di sepanjang jalan Jogja-Solo.
Kebanyakan berkursi. Tidak seperti kalau mudik ke Wonogiri, mau nyari rumah
makan lesehan, ada tersebar di mana-mana.
Kami
sampai di rumah mbah Jogja jam 3 sore kurang. Ternyata hampir sesuai dengan
perkiraan, 6 jam perjalanan. Kami sampai di tempat tujuan selama hampir 6 jam
perjalanan. Alhamdulillahirabbil’alamiin … Lega rasanya sampai dengan sehat
selamat di tempat tujuan. :-)
Ternyata
setibanya di rumah mbah Jogja, Aufa tetap rewel. Sama seperti saat di Wonogiri.
Tapi bedanya kalau di Jogja, Aufa bisa tidur pules. Kami nginap 2 malam di
Jogja. Selama di Wonogiri, Aufa nggak doyan makan, nggak pules tidurnya, rewel
berat nggak mau turun dari gendongan, nangis-nangis terus. Kalau di Jogja
bedanya cuma satu, Aufa bisa tidur pules. Minggu pagi menjelang siang jam
10.30, kami sudahi acara mudik kami. Kami kembali ke Kartosuro. Kembali ke
kehidupan kami semula dengan segala rutinitasnya. :-D Soalnya Minggu sore itu,
ayahnya Aufa udah ngantor lagi. Ihiks, nasib jadi kuli tinta. Liburnya nggak
bisa lama.
Hmmh
… begitulah acara mudik kami yang selama 5 hari. Eh, kelupaan ding. Malam
Minggu sebelum saya balik ke Kartosuro, adik perempuan saya satu-satunya
dilamar. Jadinya alhamdulillah banget lamarannya pas saya ada di Jogja. Jadinya
bisa ikut hadir di depan menjamu tamu yang datang melamar. :-)
Soal
Aufa, ternyata begini ya sodara-sodara. Sesampainya kami di Kartosuro lagi,
begitu ayahnya membuka pintu rumah dan mengeluarkan sepeda roda tiga milik
Aufa, Aufa langsung teriak “Dididaaa!!”. Habis itu dia turun dari gendongan,
terus ketawa-ketawa, terus main sendiri di teras dan garasi samping. Nggak mau
ditungguin. Sorenya habis dia mandi, dia main sendiri ke rumah temen-temennya.
Ketawa jerit-jerit girang ngelihat sebagian temen-temennya udah pada main di
jalan perumahan. Seneeeeengg banget dia. Ya Allah, kamu kangen toh nak sama
temen-temenmu? Ckckckck … ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar