Rabu, 11 Januari 2012

38 Weeks : Kepala Janinku Belum Masuk Panggul, Caesar??



Hari-hari terakhir ini, rasanya agak gimanaaaa gitu. Agak sedih. Hari Senin tanggal 9 Januari kemarin, saya kembali cek kandungan. Usia kandungan saya ketika cek kemarin tepat 38 minggu plus 2 hari. Hmm … semakin mendekati HPL. Dan di usia kandungan saya yang udah semakin tua, saya belum merasakan tanda-tanda mau melahirkan. Kalau kontraksi-kontraksi palsu, itu udah sering saya rasakan sejak kandungan saya berusia 8 bulanan. Tapi, kontraksi benerannya belum kerasa.
Pada saat cek kandungan di minggu ke-37, dokter kandungan saya bilang bahwa kepala janin saya udah mulai turun. Saya dan suami lega. Dan pada saat berangkat periksa di minggu ke-38 kemarin, saya dan suami berharap dan berdoa agar ada banyak kemajuan. Bahkan suami saya berharap, sebelum periksa pas di minggu ke-38 kemarin, saya udah lahiran. Tapi, ternyata memang belum saatnya bayi kami lahir.
Kemarin saat cek, dokter kandungan juga memeriksa jalan lahir, apakah posisi kepala janin sudah mapan di jalan lahir atau belum. Daaaan … alangkah sedihnya saat dokter bilang bahwa kepala janin kami belum masuk ke panggul. Posisi kepala janin memang sudah di bawah, tapi belum masuk ke panggul. Posisi janin di dalam rahim saya agak serong ke kanan. Sebagian kepalanya sudah ada di daerah panggul, tapi sebagian masih mentok di tulang panggul kanan. Menurut dokter, posisi itu menyulitkan jika saya melahirkan normal. Karena kepala bayi akan membentur tulang panggul saya. Huuffft … sedihnya. Bulir-bulir bening mengembang di pelupuk mata saya. Ingin rasanya saya tumpahkan semua saat itu juga.
“Untuk melahirkan normal, sepertinya ini terlalu berisiko, Ibu. Yang pertama, posisi janin Ibu agak serong ke kanan, sebagian kepalanya mentok di tulang panggul kanan. Semisal diinduksi, akan kasihan bayinya, karena itu artinya dia dipaksa nabrak-nabrak tulang panggul. Yang kedua, lubang-lubang pada ari-ari sudah semakin banyak dan semakin besar. Itu berisiko jika melahirkan normal. Soalnya, pada saat kontraksi, tali pusatnya yang sudah bolong-bolong itu seperti tertekan. Ibaratnya, kempes begitu. Dan itu membahayakan bayi, kemungkinan bayinya tidak akan kuat. Jadi, saran saya, ini sebaiknya caesar. Dan sebaiknya, secepatnya. Minggu ini saja saran saya,” begitu penjelasan dokter kandungan saya.
Ya Rabb … caesar??? Saya tidak membayangkan akan melahirkan secara caesar. Selain saya ingin melahirkan normal, perut saya udah berkali-kali dioperasi. Mau jadi kayak apa nanti perut saya? Bukan hanya sekadar banyak bekas operasi di perut saya, tapi … operasi lagiiiii??? Ya Allah … saya ingin melahirkan secara normal. Berilah jalan, ya Allah. Mudahkanlah, lancarkanlah. Hanya Engkau yang memiliki kuasa dan keajaiban. Dan tak dapat ditahan lagi, air mata saya merembes keluar begitu saya dan suami keluar dari ruang periksa. Saya down. Saya hapus air bening yang keluar. Meski setelah dihapus, air bening itu kembali mengalir. Lagi dan lagi. :-(
Saya dan suami memutuskan untuk memikirkan dulu saran itu. Demi mendapatkan kemantapan, saat itu juga kami berdua meluncur ke rumah sakit lain dimana di sana juga ada seorang dokter kandungan yang dulu pernah menangani saya. Setelah melalui antrean yang lama, dokter kandungan yang ini bilang bahwa janin saya bisa lahir normal. Kondisi air ketuban dan ari-ari masih bagus. Nggak ada masalah dengan posisi janin kami. Tinggal ditunggu aja tanda-tanda persalinannya datang. Nah loooh. Gimana ini? Tadi begitu, sekarang di tempat lain begini.
Jujur saja, kami berdua masih bingung. Kami ingin persalinan nanti secara normal. Dan akhirnya … kami memutuskan untuk datang ke dokter kandungan lain, dokter ketiga. Huuuftt … the third opinion. Sore itu, suami saya memutuskan untuk izin nggak masuk kerja. Selepas Shalat Maghrib, kami berdua berangkat ke sebuah apotik dimana dokter tersebut membuka praktik. Hujan, tapi tak apa. Demi sebuah kemantapan hati, hujan bukan halangan. Dokter ketiga ini adalah dokter yang dulu menangani saya ketika saya operasi endometriosis dan melakukan terapi untuk bekas operasi endometriosis saya biar nggak kambuh lagi. Tapiii … alangkah sedihnya kami setibanya di sana. Jarum jam baru menunjukkan pukul 7 malam, tapi antrean pasien udah overload. Ya sudah, terpaksa kami pulang. Kami memutuskan keesokan harinya akan datang ke RS tempat dimana dokter ini praktik, RS yang sama dengan tempat praktik dokter pertama. Kami harus mendapatkan opini ketiga ini demi kemantapan hati.
Dan hmmm … keesokan harinya, kami berangkat ke RS untuk konsultasi dokter. Siap-siap mental apapun yang nanti bakal dijelaskan oleh dokter. Setelah menunggu 2 jam, akhirnya masuk juga ke ruang periksa. Dokter mengatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan, posisi janin saya sudah mapan. Artinya, kepala sudah ada di bawah. Tapi, posisi kepala janin saya belum masuk ke panggul, sebagian masih nabrak tulang panggul kanan. Posisi badannya nggak tegak lurus atas bawah, tapi agak serong sedikit ke kanan.
Menurutnya, kemungkinan besar, persalinan saya nanti dengan cara caesar. Itu menjadi kemungkinan  besar karena melihat 2 hal. Yang pertama, melihat riwayat kesehatan saya yang dulu pernah operasi endometriosis. Ada risiko katanya, meskipun saya dan suami agak kurang jelas dengan risiko yang dimaksud. Menurutnya, dengan pernah dioperasi itu, caesar adalah langkah paling aman untuk saya. Yang kedua adalah terkait posisi janin saya yang kepalanya belum masuk ke panggul. Dengan posisi itu, janin akan sangat sulit keluar, karena kepalanya nabrak tulang panggul.
Berbeda dengan dokter pertama, dokter ketiga ini bilang bahwa jika saya ingin melahirkan normal, saya masih bisa mengusahakan. Asalkan saya melakukan paling tidak 3 usaha. Yang pertama, saya rajin sujud agar kepala bayinya masuk panggul. Yang kedua, saya terus rajin jalan kaki. Yang ketiga dan katanya wajib adalah saya harus ikut senam hamil agar posisi bayi mapan. Ketika saya tanya soal ari-ari yang berlubang yang katanya membahayakan janin sehingga saya harus caesar, dokter ini mengatakan bahwa bolong-bolong itu wajar. Soalnya, usia kehamilan saya memang sudah tua. Dokter juga mengatakan bahwa datangnya tanda-tanda persalinan akan terus ditunggu sampai HPL 23 Januari nanti. Jika sampai HPL, kepala janin belum mapan atau saya belum merasakan tanda-tanda persalinan, akan ditunggu selama 1 minggu lagi hingga tanggal 29 Januari. Jika sampai 29 Januari tetep belum mapan atau belum ada tanda-tanda persalinan, barulah mau nggak mau tanggal 30 Januari, saya harus menjalani caesar.
Huuffttt … leganya hati saya dan juga suami. Meskipun memang tetap ada kemungkinan caesar, tapi saya masih memiliki peluang untuk melahirkan normal. Hati saya jadi plong karena saya masih ada kemungkinan melahirkan secara normal, dan caesar bukan satu-satunya solusi untuk saya saat ini. Terlebih, operasi caesar itu harus dalam minggu ini. Paling tidak, saya masih punya waktu 2 minggu ditambah 1 minggu lagi untuk berikhtiar dan berdoa agar bisa tetap melahirkan normal.
Ya Allah … Engkaulah yang memiliki kuasa atas segala hal di alam raya ini. Engkau pulalah yang memiliki keajaiban dan mukjizat. Sebelum ini, Engkau telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan, keajaiban, dan mukjizat-Mu untuk hamba. Apa-apa yang sebelumnya hamba pikir tidak mungkin, ternyata Kau mungkinkan. Dan itu sangat mudah bagi-Mu. Kali ini, hamba memohon lagi pada-Mu, ya Allah. Berilah lagi kemudahan, keajaiban, dan mukjizat-Mu untuk hamba. Hamba ingin melahirkan normal, ya Rabb. Mudahkanlah dan kabulkanlah, ya Allah. Hamba mohoooon …. Aamiin ya rabbal’alamiin ….


7 komentar:

  1. Amiiiinn..Ya Rabbal Alamiinnn..semoga bisa melahirkan NOrmal ya mba.. saya pun demikian, saya sedang mengandung usia kehamilan 8 bulan.. dan setelah periksa terakhir kemarin, plasenta saya masih berada di bawah tetapi tidak total menutupi jalan lahir.. seharunya plasenta itu terletak di atas.. Saya pun ingin melahirkan Normal..

    Saling menguatkan ya mba.. Tidak ada yang Tidak Mungkin Bagi Allah mba.. Kun Fa Ya Kun... Asal qita terus berdoa dan berikhtiar insya ALLah doa kita dikabulkan Oleh-Nya...Amiiinnn..

    perkiraan lahiran saya pertengahan februari-pertengahan maret ni mba... saya masih terus bersuaha dan berdoa agar plasenta bergeser ke atas dan bayi pun dapat masuk ke panggul dan melahirkan normal..Amiiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Makasih banget doanya, Mbak Ratih. Saling mendoakan dan saling menguatkan ya Mbak? Semoga kita sama-sama bisa melahirkan secara normal. Benar, nggak ada yang nggak mungkin bagi Allah. Yang penting terus berikhtiar dan terus berdoa. Biar tangan Allah yang nanti bekerja untuk kebaikan kita dan calon anak kita. Aaamiin... Salam sehat ya Mbak! :-)

      Hapus
  2. semangat mbaaaa... sahhalallohu laki, semoga Allah memberi kemudahan... ini ceritanya persis banget sama aku... sekarang aku 38minggu dan posisi bayi persis kaya mba... baru ntar malem mau periksa lg ke dokter... doain ya mba, aku ga bisa kalo harus sesar... uhuhuhuhu

    BalasHapus
  3. sama dengan aku mbak..
    waktu minggu ke 34 dokter bilang kandungan aku baik-baik aja..alhmdllah aku ma suami lega..setelah sebelumnya dokter pernah bilang kalau bilang posisi kepala bayiku masih diatas..
    tapi...saat priksa di minggu ke 37 dokter bilang kalau kepala bayi belum dijalan lair..saat itu aku syok banget..kuatir akan disesar disaat kehamilanku yang pertama ini....
    semoga Allah ada jalan lain buat kita... :-(

    BalasHapus
  4. Kasusku menjelang 3 minggu sblm persalinan jg sama mbk, tapi disaranin sama bidan t4 ku melahirkan supaya rajin jalan kaki, ngepel lantai secara manual jongkok2 gitu n waktu sujud dalam shalat agak dilama'in (skalian berdo'a lebih afdol lg mungkin...hehehe).. alhasil, alhamdulillah bisa lahiran normal.

    BalasHapus
  5. USIA kandunganku 36w-37w koala blm masuk panggul.Masih banyak berdoa agar turun ke panggul

    BalasHapus
  6. Maaf mbak belum ada lanjutan dari kisahnya. Akhirnya gmn mbak apakah berhasil lahiran normal ?

    BalasHapus