Akhir
bulan ini Aufa menginjak usia 21 bulan. Hmmmhh…sudah besar rupanya. Tak terasa
3 bulan lagi dia sudah genap berusia 2 tahun. Dan itu artinya, masa penyusuan
Aufa akan berakhir 3 bulan lagi. Tapi oh tapiiii…saya masih merasa berat untuk
menyapih Aufa. Dan sepertinya Aufa juga merasakan hal yang sama. Kalau
bulan-bulan sebelumnya dia cenderung biasa-biasa sama nenen, tapi sudah sekitar
sebulan terakhir ini dia justru ngefans berat sama nenen. Dikit-dikit dia minta
nenen. Baru selesai nenen 30 menit lalu, udah minta nenen lagi. Baru selesai
nenen 15 menit lalu, udah minta nenen lagi. Begitu terus. Dan durasi nenennya
pun juga terhitung cukup lama, 15 menitan baru dilepas.
Huufft…apa
ini yang namanya salah satu ikatan hati antara ibu dan anak ya? Saya sebagai ibunya masih merasa berat menyapih dia, dan
Aufa juga merasakan bahwa waktu nenennya sudah tinggal sebentar lagi. Dan Aufa
masih merasa belum siap pula buat disapih. Apa begitu ya? Soalnya saya pernah
membaca sebuah tulisan (yang entah itu benar atau salah) bahwa ketika si ibu
belum siap menyapih anaknya maka anaknya akan merasakan perasaan si ibu. Reaksi
si anak terhadap rasa yang muncul dari si ibu itu adalah aktivitas menyusunya
menjadi lebih intens. Saat si ibu belum siap menyapih, dalam waktu yang sama
pula si anak juga merasakan bahwa dirinya pun juga belum siap disapih. Sebagai
reaksi belum siap itu, si anak akan lebih sering minta menyusu. Kira-kira
begitu inti dari tulisan yang pernah saya baca (yang saya pun juga lupa siapa
yang menulisnya). :-(
Karena
sampai sekarang saya belum siap menyapih, jadilah sampai saat ini saya dan
suami belum memulai proses afirmasi positif maupun sounding-sounding ke Aufa
sebagai proses weaning. Belum, kami belum memulai. Suami saya pun mengerti
dengan perasaan saya yang belum siap menyapih Aufa. Suami tidak mendesak agar
Aufa segera di sapih saat usianya tepat 2 tahun nanti. Suami justru mengatakan
bahwa jika saya memang belum siap ya jangan dipaksakan.
“Kalau
memang belum siap ya sudah. Nanti pelan-pelan kita memulai prosesnya,” begitu
kata suami.
“Soalnya
Kakak Aufa masih kelihatan kecil, Yang. Belum tega nyapih,” kata saya.
“Ya
sudah, nggak usah dipikirin dalem-dalem. Nanti malah stres sendiri. Pelan-pelan
aja. Nggak mesti 2 tahun disapih kalau memang semua belum siap,” begitu sambung
suami.
Dengan
modal support dari suami itulah, saya dan Aufa masih menikmati masa-masa indah
ini. Iya, suatu saat nanti Aufa pasti disapih. Tapi mungkin tidak tepat saat
usianya 2 tahun. Mungkin akan molor beberapa bulan setelah dia genap berusia 2
tahun. Hati saya belum tega. Bagi saya dan suami, Aufa terlihat masih kecil.
Masih kasihan jika kami menyapihnya. Dan jika nanti saya dan suami sudah siap
menyapih Aufa, kami memilih akan melalui sebuah proses weaning with love,
menyapih dengan cinta. Kami memilih untuk menyapih Aufa dengan rasa bahagia,
bukan dengan cara”kekerasan” semacam mengolesi payudara menggunakan minyak kayu
putih, jamu pahit, lipstik, dan sejenisnya. Kami pun juga tidak akan
menggunakan ancaman-ancaman selama proses penyapihan.
Sampai
saat ini, kapan pun dan di manapun Aufa minta nenen, tetep saya kasih. Biarpun
saat di atas kendaraan roda dua saat kami bertiga sedang dalam perjalanan Aufa
minta nenen, selalu saya kasih. Mau seberapa lama dan seberapa sering dalam 24
jam dia minta nenen, selalu saya ladeni. Biarlah…biar saya dan Aufa menikmati
masa-masa yang setelah kami jalani, ternyata sungguh sangat singkat ini. Masa
penyusuan, sebuah masa yang amat sangat berharga bagi saya, suami, dan juga
Aufa tentunya. Iya, masa penyusan ini adalah masa indah dan menyenangkan bagi
kami bertiga, bukan hanya antara saya dan Aufa saya. Sebab, suami mengambil
peran yang sangat besar dalam proses penyusuan ini. Tanpa kehadiran dan support
suami siang malam, entah apa jadinya masa penyusuan ini.
salam kenal mbak Amma, selama ini saya sebagai "silent reader" blognya mbak, kebetulan anak kita hampir seumuran, anak saya usia 20bulan.dan sudah sejak dr bulan2 lalu saya selalu sdh berniat menyapihnya krn satu alasan: emaknya ini capek bgt.tapi ga berhasil. njela ini kaya aufa, malah makin kesini makin intens nyusu, persis seperti ilustrasi mbak.hehe..anyway thank you ya mbak. Blognya mbak bagus dan inspiratif.
BalasHapusHai Mbak Njela. Sama-sama ya mbaaaak. Salam buat si kecil. Hehehe, menyusui emang kadang bikin capek ya mbaak. Tapi ya begitulah menyusui. Masanya nggak lama, tapi mengasyikkan. Jadinya capeknya nggak kerasa. Semoga bisa lancar sampai baby 24 bulan ya mbaak. Aamiin... :-))
BalasHapusterimakasih sudah berbagi yah
BalasHapustips kesehatan anak