Minggu, 20 Oktober 2013

Si Emak Belum Siap Menyapih



Akhir bulan ini Aufa menginjak usia 21 bulan. Hmmmhh…sudah besar rupanya. Tak terasa 3 bulan lagi dia sudah genap berusia 2 tahun. Dan itu artinya, masa penyusuan Aufa akan berakhir 3 bulan lagi. Tapi oh tapiiii…saya masih merasa berat untuk menyapih Aufa. Dan sepertinya Aufa juga merasakan hal yang sama. Kalau bulan-bulan sebelumnya dia cenderung biasa-biasa sama nenen, tapi sudah sekitar sebulan terakhir ini dia justru ngefans berat sama nenen. Dikit-dikit dia minta nenen. Baru selesai nenen 30 menit lalu, udah minta nenen lagi. Baru selesai nenen 15 menit lalu, udah minta nenen lagi. Begitu terus. Dan durasi nenennya pun juga terhitung cukup lama, 15 menitan baru dilepas.

Huufft…apa ini yang namanya salah satu ikatan hati antara ibu dan anak ya? Saya sebagai ibunya masih merasa berat menyapih dia, dan Aufa juga merasakan bahwa waktu nenennya sudah tinggal sebentar lagi. Dan Aufa masih merasa belum siap pula buat disapih. Apa begitu ya? Soalnya saya pernah membaca sebuah tulisan (yang entah itu benar atau salah) bahwa ketika si ibu belum siap menyapih anaknya maka anaknya akan merasakan perasaan si ibu. Reaksi si anak terhadap rasa yang muncul dari si ibu itu adalah aktivitas menyusunya menjadi lebih intens. Saat si ibu belum siap menyapih, dalam waktu yang sama pula si anak juga merasakan bahwa dirinya pun juga belum siap disapih. Sebagai reaksi belum siap itu, si anak akan lebih sering minta menyusu. Kira-kira begitu inti dari tulisan yang pernah saya baca (yang saya pun juga lupa siapa yang menulisnya). :-(

Karena sampai sekarang saya belum siap menyapih, jadilah sampai saat ini saya dan suami belum memulai proses afirmasi positif maupun sounding-sounding ke Aufa sebagai proses weaning. Belum, kami belum memulai. Suami saya pun mengerti dengan perasaan saya yang belum siap menyapih Aufa. Suami tidak mendesak agar Aufa segera di sapih saat usianya tepat 2 tahun nanti. Suami justru mengatakan bahwa jika saya memang belum siap ya jangan dipaksakan.

“Kalau memang belum siap ya sudah. Nanti pelan-pelan kita memulai prosesnya,” begitu kata suami.

“Soalnya Kakak Aufa masih kelihatan kecil, Yang. Belum tega nyapih,” kata saya.

“Ya sudah, nggak usah dipikirin dalem-dalem. Nanti malah stres sendiri. Pelan-pelan aja. Nggak mesti 2 tahun disapih kalau memang semua belum siap,” begitu sambung suami.

Dengan modal support dari suami itulah, saya dan Aufa masih menikmati masa-masa indah ini. Iya, suatu saat nanti Aufa pasti disapih. Tapi mungkin tidak tepat saat usianya 2 tahun. Mungkin akan molor beberapa bulan setelah dia genap berusia 2 tahun. Hati saya belum tega. Bagi saya dan suami, Aufa terlihat masih kecil. Masih kasihan jika kami menyapihnya. Dan jika nanti saya dan suami sudah siap menyapih Aufa, kami memilih akan melalui sebuah proses weaning with love, menyapih dengan cinta. Kami memilih untuk menyapih Aufa dengan rasa bahagia, bukan dengan cara”kekerasan” semacam mengolesi payudara menggunakan minyak kayu putih, jamu pahit, lipstik, dan sejenisnya. Kami pun juga tidak akan menggunakan ancaman-ancaman selama proses penyapihan.

Sampai saat ini, kapan pun dan di manapun Aufa minta nenen, tetep saya kasih. Biarpun saat di atas kendaraan roda dua saat kami bertiga sedang dalam perjalanan Aufa minta nenen, selalu saya kasih. Mau seberapa lama dan seberapa sering dalam 24 jam dia minta nenen, selalu saya ladeni. Biarlah…biar saya dan Aufa menikmati masa-masa yang setelah kami jalani, ternyata sungguh sangat singkat ini. Masa penyusuan, sebuah masa yang amat sangat berharga bagi saya, suami, dan juga Aufa tentunya. Iya, masa penyusan ini adalah masa indah dan menyenangkan bagi kami bertiga, bukan hanya antara saya dan Aufa saya. Sebab, suami mengambil peran yang sangat besar dalam proses penyusuan ini. Tanpa kehadiran dan support suami siang malam, entah apa jadinya masa penyusuan ini.

3 komentar:

  1. salam kenal mbak Amma, selama ini saya sebagai "silent reader" blognya mbak, kebetulan anak kita hampir seumuran, anak saya usia 20bulan.dan sudah sejak dr bulan2 lalu saya selalu sdh berniat menyapihnya krn satu alasan: emaknya ini capek bgt.tapi ga berhasil. njela ini kaya aufa, malah makin kesini makin intens nyusu, persis seperti ilustrasi mbak.hehe..anyway thank you ya mbak. Blognya mbak bagus dan inspiratif.

    BalasHapus
  2. Hai Mbak Njela. Sama-sama ya mbaaaak. Salam buat si kecil. Hehehe, menyusui emang kadang bikin capek ya mbaak. Tapi ya begitulah menyusui. Masanya nggak lama, tapi mengasyikkan. Jadinya capeknya nggak kerasa. Semoga bisa lancar sampai baby 24 bulan ya mbaak. Aamiin... :-))

    BalasHapus