Aufa
sudah semakin bertambah umurnya. Saat ini, usia Aufa sudah 4 bulan lebih
seminggu. Hmm … itu berarti, sudah lebih dari setengah perjalanan ASI
eksklusifnya terlampaui. Menurut hitung-hitungan tanggal, Aufa genap berusia 6
bulan nanti tanggal 30 Juli. Hmm … kalau nggak salah, itu udah masuk bulan
Ramadan. Hari ke-12 Ramadan kalau tidak salah.
Karena
udah lebih dari setengah perjalanan ASI eksklusif, saya udah berencana pengin
mengkomunikaskan soal MPASI-nya Aufa kepada ibu saya. Kalau bapak saya sih nggak
ngerti apa-apa soal MPASI, jadinya kayaknya nggak perlu terlalu banyak dikasih
tahu. Apalagi adik saya, dia udah mudeng sendiri. Kalau untuk ibu dan keluarga
saya di Jogja jadi bagian saya untuk mengkomunikasikan MPASI-nya Aufa, untuk
keluarga mertua di Wonogiri jadi bagian suami saya buat mengkomunikasikannya.
Biar enak gitu loh. Hehehe … :-)
Bagi
saya, pengkomunikasian MPASI kepada mbahnya ini penting. Kenapa? Karena nanti,
ini pasti akan sangat berpengaruh terhadap pemahaman atas pemberian MPASI-nya
Aufa. Kan sering tuh kita beda konsep dan pemahaman soal pemberian MPASI dengan
orang tua kita. Para orang tua memakai konsep saat mereka dulu memberi makan
kita dan suami kita. Sedangkan kita yang udah sedikit banyak mendapatkan
informasi lebih soal MPASI, punya konsep yang berbeda atau sedikit lain. Jadilah
perlu kiranya saya dan suami mengkomunikasikan hal ini. Biar suasana tetep adem
ayem tentrem gitu loh. Hehehe …
Saat
ini, ibu saya sedang menginap di rumah saya. Dan tadi malam saat Aufa udah
bobok dan suami saya masih kerja, saya dan ibu terlibat berbagai macam obrolan
ringan. Sampailah pada topik soal ASI
dan pemberian MPASI. Dan ini yang memulai obrolan adalah ibu saya.
Ibu
saya bilang, Aufa jangan sampai dikasih susu formula. #Buat ibu-ibu dan
bapak-bapak, bukan berarti ibu saya anti susu formula yaaa? Menurut ibu saya,
selama dari payudara saya terus diproduksi ASI, nggak ada alasan bagi saya
untuk memberikan susu formula# Bagaimanapun,
menurut ibu saya, ASI tetap jauh lebih baik. Nggak ada susu lain yang bisa
menandingi kehebatan ASI. Ibu berpesan, saya harus terus telaten memerah ASI.
Saya nggak boleh males meskipun saya bekerja di luar rumah. Setiap hari kudu
rajin memerah ASI, gitu kata ibu saya. Menyusuinya pun juga harus sampai 2
tahun.
Mak cleeessss!!
Mendengar ini, hati saya anteng. Tentreeeem banget. Sejuknya hati dan jiwa saya
ini. Ibu saya ternyata mudeng soal betapa hebatnya ASI. #Suamiku sayaaaangg …
tugas pengkomunikasian ke keluarga Wonogirinya dijalanin terus yaaaa?
*kedip-kedip ke arah suami* Ternyata, akyu nggak perlu ngomong panjang lebar ke
keluarga Jogja untuk masalah ASI. Hihihi …#
Trus
soal MPASI, saya juga takjub lagi. Ibu saya berpendidikan rendah, cuma tamat
sekolah rakyat alias SR. Hohoho … ibu saya kan generasi jadul gitu loh. Jadinya
waktu itu belum ada yang namanya SD. Adanya ya SR itu. Tapi, meskipun cuma tamat
SR, ibu punya konsep MPASI yang oke, menurut saya.
Ibu
saya berpesan, nanti kalau Aufa sudah diberi MPASI, pemberiannya bertahap dari
yang lembut kemudian pelan-pelan menjadi agak kasar dan terakhir yang kasar.
Hihihi … tipe konvensional. MPASI-nya Aufa diusahakan bener-bener bikin
sendiri, masak sendiri. Diusahakan nggak beli makanan pabrikan. Masak sendiri
akan jauh lebih sehat. Huufftt … lega lagi hati saya. Ini saya banget nih.
Semoga Allah selalu menguatkan komitmen saya buat terus rajin masak untuk
MPASI-nya Aufa nanti.
Kalau
sudah berusia 9 bulan, Aufa bisa dimasakin sayur bayem bening. Jangan kasih
Aufa soto atau bakso atau yang gurih-gurih gitu. Kalau udah kenal yang
gurih-gurih, nanti Aufa bisa-bisa baru mau makan kalau pakai yang gurih-gurih
aja, nggak suka makan sayuran. Hmm … pesen yang bagus, menurut saya. Soalnya,
ini juga masuk konsep saya nih.
Saya
bilang, kalau soal pemberian sayur bening, itu nanti lihat dulu perkembangannya
Aufa. Gitu saya bilang. Nanti sampai Aufa umur 12 bulan, Aufa nggak akan saya
perkenalkan dulu dengan gula dan garam. Ibu saya bilang, kalau gula dan garamnya
dikit, nggak apa-apa. Tapi kalau saya penginnya blas nggak memperkenalkan gula
dan garam, itu terserah saya. Asalkan Aufa nanti doyan. Hmm … oke deeeh! :-D
Huuftt
… leganya hati saya. Ternyata ibu saya mudeng soal ASI dan MPASI. Jadinya saya
nggak perlu menjelaskan panjang lebar atau tawar-menawar soal ASI dan MPASI
ini. Saya sendiri nanti kalau Aufa sudah masuk MPASI, akan mencampur model
konvensional dan BLW (Baby-led Weaning) sekaligus. Hihihi … kagak jelas yah
konsepnya? Saya dan suami akan mengenalkan puree-pureean ke Aufa. Khas
konvensional. Tapi, untuk saat-saat tertentu ketika Aufa makan buah atau snack,
saya coba pakai model BLW. Inti dari BLW kan membiarkan bayi membimbing dirinya
sendiri untuk makan sendiri, nggak pakai disuapin. Dipegang-pegang,
dicium-cium, dijilat-jilat, dimakan. Semuanya by her self. Kalau toh akhirnya
makannya cuma habis sedikit atau malah nggak dimakan sama sekali, ya biarkan. Biarkan
dia menikmati suasana makannya biar nanti anak nggak menjalankan misi GTM alias
gerakan tutup mulut. Namanya juga Makanan Pendamping ASI. Yang perlu
ditekankan adalah Makanan Pendamping. Pendamping, dan bukan utama. Kalau
anak nggak habis banyak, ya nggak apa-apa. Itu cuma makanan pendamping. Makanan
utamanya tetap ASI yang diberikan sampai anak berusia paling tidak 2 tahun.
Kalau
semisal nanti pas makan puree, Aufa pengin megang sendok sendiri, nyuapin
sendiri, ya biarkan juga. Dia sedang belajar. Kalau bajunya jadi kotor, ya cuci
aja bajunya. Lap aja muka dan badannya yang belepotan. Dan pel aja lantainya.
Gampang. Namanya juga sedang belajar.
Itu
juga nih yang ternyata klop sama ibu saya. Ibu saya juga berpesan,
nanti kalau Aufa udah makan, didik Aufa agar mandiri sejak dini. Biarkan saja
kalau Aufa mau makan sendiri. Kadang, menyodorkan sepiring atau semangkuk
makanan di depan bayi, itu dibutuhkan untuk mengajari kemandirian. Biarkan anak
menyentuh makanannya sendiri tanpa kita suapi. Gitu kata ibu saya. Bukan
berarti nggak sayang anak, tapi justru karena sayang anak agar dia bisa mandiri
itulah makanya anak harus dilatih sejak dini.
Hmmm
… lega lega legaaaa. Alhamdulillah sebagian besar konsep klop. Semoga demikian pula
nanti dengan mbahnya Wonogiri, juga keluarga Wonogiri lainnya. #Nunggu hasil
ngobrol-ngobrolnya suami dengan keluarga Wonogiri#. Biar nanti program ASI
eksklusif-nya Aufa, MPASI-nya Aufa, berjalan sukses ses ses. Aamiin … :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar