Semangat
ASI! Saya selalu semangat kalau ngomongin soal ASI. Gimana enggak? Susu luar
biasa sempurna itu betul-betul menakjubkan. Bayi kita yang adalah bayi manusia,
sangat membutuhkan ASI di awal kehidupannya. Selama 6 bulan pertama
kehidupannya, bayi hanya butuh asupan ASI. Tidak ada asupan lainnya, meskipun
itu hanya seteguk air putih. Hanya ASI, no others. ASI, susu yang dihasilkan
makhluk Allah yang bernama manusia. Susu dari manusia yang diperuntukkan juga
buat bayi-bayi manusia.
Tapi,
sayang disayang, masih banyak para ibu (didukung oleh para ayah) yang memiliki
bayi, secara sengaja tidak memberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan
kemudian dilanjutkan sampai usia baby 2 tahun. Macam-macam alasannya (tapi, ini
tidak termasuk para ibu yang mengalami kelainan kelenjar mamae sehingga ASI
sulit keluar atau bahkan tidak keluar). Para ibu yang saya maksud di sini adalah
para ibu yang dari payudaranya keluar ASI, tapi secara sengaja tidak
memberikannya kepada bayi secara eksklusif selama 6 bulan dan kemudian
dilanjutkan sampai usia baby 2 tahun.
Kalau
dilist, mungkin ada buanyaaaak sekali alasan yang terlontar dari para ibu (dan
juga para ayah) ini. Alasan yang paling populer adalah ribet, nggak mau repot
harus dikit-dikit nyusui. Apalagi kalau malam hari saat bayi masih newborn.
Capek jika harus begadang, membopong-bopong bayi yang ingin menyusu. Sementara
mata sungguh sulit untuk dibuka, badan pun juga capek luar biasa.
Alasan
lainnya adalah, anak ASI nggak bisa atau susah gemuk. Menurut mereka, bayi
gemuk sama dengan bayi sehat. Padahal tidak demikian, tidak semua bayi gemuk
itu sehat. Pun demikian sebaliknya, tidak semua bayi sehat itu bertubuh gemuk.
Jika dilihat aktivitas dan perkembangan bayi kita baik-baik saja, lincah
gerakannya, tidak pernah atau jarang sakit, selalu ceria, itu tandanya bayi
kita sehat. Gemuk atau kurus bukan menjadi patokan untuk menilai apakah bayi
kita sehat atau tidak.
Alasan
berikutnya adalah takut payudara melorot, kendor jika harus menyusui. Hmm …
bukankah saat usia semakin bertambah, kulit kita ini memang makin keriput?
Seiring bertambahnya usia, makin lama maka kulit kita pun akan kendor. Kita akan berjalan menuju arah TUA, bukan
MUDA. Saat kita berjalan menua, kita tak dapat menghindari kulit kita
mengeriput. Kenapa takut keriput, kendur, kalau memang pada hakikatnya kita
semua ini berjalan menua? Bukankah itu normal? Wajar? Manusiawi?
Sementara
alasan populer di kalangan ibu menyusui yang bekerja di luar rumah adalah repot
jika harus menyetok ASI perah. Malas, nggak mau repot memerah ASI untuk bayi
selama ditinggal kerja. Bahkan, jauh-jauh hari sejak masih hamil, atau bahkan
sejak sebelum hamil, sudah berniat jika nanti sudah kembali bekerja usai
melahirkan, bayi mereka akan diberi susu formula. Hmmm … coba kita cek, sangat
banyak para ibu (dan juga didukung oleh para ayah) yang masuk kategori ini.
Alasan
lainnya adalah merasa ASI para ibu pekerja ini sedikit. Saat si ibu berangkat
kerja, si ibu hanya memerah seadanya untuk baby di rumah yang mana ASI
tinggalan itu tidak seberapa dibanding yang dibutuhkan baby. Saat di kantor, si
ibu juga tidak memerah atau memompa ASI. Alasannya malas, repot jika harus
memerah. Atau beralasan tak ada waktu memerah di kantor. Atau ada juga yang
beralasan buang-buang waktu, daripada memerah ASI lebih baik dipakai untuk
bekerja. Duhai para ibu yang dirahmati Allah … waktu itu sungguh sangat
tersedia jika kita memang berniat memberikan hak ASI bagi bayi kita. Selain
menyusui secara eksklusif ini sudah diatur dalam bentuk Peraturan
Perundang-undangan, kita sebagai ibu hanya perlu untuk mengkomunikasikan soal
memerah ASI ini kepada atasan. Selanjutnya, kita tinggal meluangkan waktu
sebentar saja untuk memerah, paling lama 30 menit.
Hmm
… kalau para ibu pekerja di luar rumah ini merasa ASI mereka sedikit atau
merasa produksi ASI mereka menurun drastis setelah mereka kembali bekerja, ya
terang saja. Kenapa bisa? Karena si ibu tidak rajin mengosongkan payudara.
Prinsip produksi ASI sekali lagi adalah suplay and demand. Kalau demand-nya
sedikit ya secara otomatis suplay-nya juga sedikit. Nah, dari mana tuh ihwal
demand ASInya sedikit? Ya dari si ibu yang tidak rajin mengosongkan payudara.
Atau bahkan selama bekerja, si ibu sama sekali tidak mengosongkan payudara. Jadi
ketahuanlah penyebab produksi ASInya sedikit atau menurun drastis. Pengosongan
payudara perlu dilakukan paling tidak setiap 2 jam sekali. Tak masalah berapa
lama disusukan atau dipompa atau diperah. Bisa 10 menit, 15 menit, 20 menit, 30
menit. Bahkan 5 menit pun, it’s oke. Yang terpenting, keluarkan ASI dari dalam
payudara.
Hmm
… pada hal lain, tentu kita akan tergelitik dan mengernyitkan dahi kita
dalam-dalam jika ada komentar bahwa saat ASI yang diproduksi kedua payudara
kita ini dikonsumsi oleh lebih dari satu baby maka salah satu baby tidak akan
kebagian. Sebab, si baby pertama yang mendapat giliran pertama menyusu, telah
menghabiskan seluruh ASI yang diproduksi. Sehingga baby kedua dan seterusnya nggak
kebagian ASI.
Hmm
… parents yang dicintai Allah, ASI diproduksi selama 24 jam full nonstop. Tak
ada jeda, tak ada istirahat. Hormon prolaktin dan hormon oksitosin (dua hal
utama yang berperan dalam proses menyusui) akan bekerja nonstop selama 24 jam
full. Jadi, tidak ada yang namanya ASInya sudah habis. Segendut atau serakus apapun bayi-bayi yang
menyusu, semua akan kebagian. Tak ada yang kehabisan ASI. Justru, jika ASI dari
kedua payudara kita dikonsumsi oleh lebih dari satu baby maka itu artinya
demand atau permintaan terhadap ASI, meningkat atau tinggi. Dengan begitu
artinya, suplay pun secara otomatis juga akan meningkat. Itu adalah rumus. Si
ibu yang menyusui baby lebih dari satu ini justru harusnya bahagia, karena
produksi ASInya buanyak, melimpah ruah. #lain kali, pengin nulis soal hormon prolaktin
dan hormon oksitosin ini#
Ibu
yang menyusui baby lebih dari satu mungkin hanya perlu untuk memanajemen
menyusui bayi-bayi mereka. Bisa dengan baby pertama menyusu payudara yang satu,
dan baby kedua menyusu di payudara yang lainnya. Atau cara yang lain yang
menurut masing-masing ibu nyaman.
Mommies
… kuncinya hanya pada niat dan ikhtiar. Kalau kata suami saya, sungguh Allah
tak akan menelantarkan titipan-Nya. Allah pasti akan mencukupi kebutuhan
titipan-Nya melalui kita sebagai orangtuanya, termasuk dalam hal ini adalah
kebutuhan akan ASI. ASI kita tak akan kurang untuk bayi-bayi kita. Kita hanya
perlu untuk selalu percaya diri bahwa kita akan bisa menyusui dengan baik, Mom.
So,
mari semangat ng-ASI bersama-sama ya Mommies! Percaya diri bahwa kita bisa. Dan
yang tak juga ketinggalan, selalu belajar, belajar, belajaaaar. Tak berhenti
begitu saja atau merasa puas dengan ilmu menyusui atau ilmu merawat bayi yang
sudah dimiliki. Tapi, terus tergerak hatinya untuk terus mencari ilmu.
Tak
lupa juga, untuk menyemangati diri dan membuat nyaman, boleh juga ibu menyusui
mengonsumsi makanan atau minuman yang membuat merasa percaya diri. Bisa dengan
minum banyak air putih, makanan banyak sayur dan buah, minum madu, makan kurma,
minum habbatussauda, atau juga minum pil pelancar ASI. Kalau saya, saya sering
nggak ketinggalan makan cokelat. Hihi … sensasinya gimanaaaa gitu kalau makan
cokelat. Bikin happy, senang, bahagia. Bikin hormon oksitosinnya bekerja dengan
optimal :D
Mari
semangat ng-ASI bareng-bareng ya Mommies! :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar