Selasa, 24 Juli 2012

Aufa Menuju 6 Bulan


Ini adalah hari-hari menjelang Aufa genap berusia 6 bulan. Tak sampai seminggu, atau lebih tepatnya 6 hari lagi, Aufa genap berusia 6 bulan. Hmm … cepet sekali ya waktu berjalan? Di usianya yang hampir 6 bulan ini, Aufa sudah semakin heboh gerakannya. Dia aktiiiif sekali. Badannya cenderung langsing. Terakhir nimbang hari Minggu kemarin, BBnya 6,9 kg. Tapi ya itu, langsing tapi methisil, kata orang Jawa. Geraaaaak aja bawaannya. Nggak bisa anteng, nggak bisa diem.

Sampai saat ini, Aufa masih suka nungging-ningging. Masih berusaha buat duduk dan merangkak. Beberapa teman-teman seusianya sudah ada yang merangkak dan duduk, tapi Aufa belum. Sempet ada perasaan kepengin, “Cepet banget ya anak-anak itu bisa ini itu? Kok Aufa belum ya?”. Tapi, mengingat lagi bahwa setiap tumbuh kembang anak itu berbeda-beda, redalah perasaan saya itu. Kepengin Aufa cepet bisa ini itu, iya. Tapi bukan berarti jadi sedih.

Kalau lagi nungging-nunggingin pantatnya, dia sukanya merayap mundur. Nggak maju, gitu. Jadi gerakannya mesti selalu ke belakang. Karena suka merayap mundur itu, belum lama ini Aufa jatuh dari atas springbed. Haduuuuh … benjol deh tuh dahi kanannya. Nggak cuma sekali jatuhnya, tapi sudah 3 kali. Duh, Naaaak, maafkan ibumu dan ayahmu ini ya Nak!
Jatuh yang pertama terjadi pada hari Minggu pagi. Dia seperti biasanya ngoceh sambil tengkurep telentang di springbed. Di sekeliling springbed udah saya kasih bantal-bantal buat penghalang biar dia nggak jatuh. Saya tinggal ke dapur sekitar 5 menit.  Sementara ayahnya pergi. Tahu-tahu saya denger suara dia menangis keras. Saya langsung feeling kalau Aufa jatuh. Saya lari ke kamar, benar dugaan saya. Dia jatuh dengan posisi tengkurep di lantai. Dahi kanannya benjol.

Jatuh yang kedua terjadi pada diniharinya atau Senin dinihari sekitar jam 3.30 pagi. Biasanya kalau Aufa bangun minta nenen, dia krusek-krusek sama bersuara “ah uh ah uh”. Tapi, saat itu saya nggak mendengar sama sekali. Tahu-tahu saya mendengar suara benda jatuh dan disusul suara tangisan Aufa. Ternyata dia jatuh dengan posisi telentang, kepala belakang jatuh ke lantai duluan sepertinya. Padahal di ujung bawah tempat tidur udah dikasih bantal-bantal juga. Ternyata Aufa kuat nendang bantal-bantal itu.

Jatuh yang ketiga terjadi beberapa hari kemudian pas udah masuk bulan Ramadhan. Siang itu sekitar jam 2 siang, saya mencuci baju. Saya minta ayahnya jagain Aufa di tempat tidur. Dari tempat cucian, saya denger Aufa ngoceh-ngoceh. Saya kira dia lagi main sama ayahnya. Ternyata ayahnya tidur. Tahu-tahu saya denger suara benda jatuh dan disusul tangisan melengkingnya Aufa. Saya lari ke kamar, ternyata Aufa udah telentang di lantai. Mana spreinya ternyata belepotan kotorannya Aufa. Celananya Aufa juga kotor semua sama kotorannya. Lantai bekas tempat dia jatuh juga kotor. Hmmm … Aufa diangkat ayahnya dari lantai, kemudian saya susui Aufa. Tapi Aufa nggak mau nenen. Badannya kayak lemes gitu. Saya dan ayahnya sempet agak khawatir. Saya peluk dia, kemudian dia tertidur di pelukan saya. Saat saya taruh di kasur bawah, perutnya saya lihat langsung kruwel-kruwel, disusul kemudian dia muntah-muntah banyak. Saya gendong lagi dia yang merengek-rengek. Saya peluk. Saya neneni nggak mau. Lama-lama dia tertidur lagi di pelukan saya. Saya taruh di kasur bawah lagi, dia bisa pules meskipun cuma 30 menit.

Huuft … mulai saat itu, saya lebih sering tidur di kasur bawah di lantai. Jadinya kalau Aufa mau ngeloyor pergi, dia nggak jatuh. Soalnya pernah juga beberapa kali, ditinggal pergi sebentar pas saat itu ditaruh di kasur bawah, dia udah tengkurep di lantai. Selain suka merayap mundur, dia suka tengkurep telentang berguling-guling. Jadinya emang mesti betul-betul waspada menjaga Aufa yang tingkahnya aktiiiiiif sekali.

Selama 2 mingguan lebih ini, Aufa juga suka menggigit kalau pas lagi nenen. Meskipun belum tumbuh gigi, ternyata cukup sakit juga gigitannya. Saya dan suami nebak Aufa mau tumbuh gigi. Soalnya makin lama, gusi bawahnya ada dua warna putih. Tapi belum muncul tunas giginya. Gusinya aja yang agak berwarna putih, jumlah putih-putihnya ada 2.

Sampai saat ini, Aufa masiiiih paling suka ngelihatin cahaya atau lampu. Oh ya, juga nonton televisi. Kalau di dalam rumah, dia mau melihat fokus ke wajah saya atau ayahnya. Tapi kalau udah dibukain pintu depan atau diajak main ke luar rumah, dia udah nggak mood fokus ke wajah kita. Pandangannya ke mana-mana. Tengok sana-sini, lihat sana-sini, melongok sana-sini. Semuaaaa dilihat satu per satu, sampai bingung dia mau apa dulu yang dia lihat. Kalau udah bosen, baru dia mau fokus ke wajah kita kalau diajak ngomong. Itu pun cuma sebentar.  Digendong, dia udah melorot dan gerak-gerak terus. Udah bener-bener nggak mau digendong malahan, maunya dibopong di depan dada. Itu pun masih belum bisa anteng. Kepalanya tengak-tengok ngelihat ke atas sambil ketawa-ketawa sendiri. Naak … kapan kamu mau fokus?

Kalau dipanggil, dia juga belum mau menengok ke arah suara. Kecuali kalau dia lagi konsen pada sesuatu, kemudian ada suara keras atau saya memanggilnya tiba-tiba, dia kaget. Tapi nggak nengok, cuma kaget aja. Nengoknya kalau saya tempelkan tangan saya atau pipi saya ke pipinya.

Hmm … bener-bener unik ternyata. Setiap anak berbeda-beda, tak bisa disamakan. Rangsangannya sama, tapi bisa jadi hasilnya berbeda. Poin A belum tampak, tapi poin B sudah tampak. Sementara anak lain bisa jadi poin A sudah tampak, tapi poin B belum tampak. Bener-bener sebuah pelajaran menjadi orangtua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar