Ini
adalah hari-hari menjelang Aufa genap berusia 6 bulan. Tak sampai seminggu,
atau lebih tepatnya 6 hari lagi, Aufa genap berusia 6 bulan. Hmm … cepet sekali
ya waktu berjalan? Di usianya yang hampir 6 bulan ini, Aufa sudah semakin heboh
gerakannya. Dia aktiiiif sekali. Badannya cenderung langsing. Terakhir nimbang
hari Minggu kemarin, BBnya 6,9 kg. Tapi ya itu, langsing tapi methisil, kata
orang Jawa. Geraaaaak aja bawaannya. Nggak bisa anteng, nggak bisa diem.
Sampai
saat ini, Aufa masih suka nungging-ningging. Masih berusaha buat duduk dan
merangkak. Beberapa teman-teman seusianya sudah ada yang merangkak dan duduk,
tapi Aufa belum. Sempet ada perasaan kepengin, “Cepet banget ya anak-anak itu
bisa ini itu? Kok Aufa belum ya?”. Tapi, mengingat lagi bahwa setiap tumbuh
kembang anak itu berbeda-beda, redalah perasaan saya itu. Kepengin Aufa cepet
bisa ini itu, iya. Tapi bukan berarti jadi sedih.
Kalau
lagi nungging-nunggingin pantatnya, dia sukanya merayap mundur. Nggak maju,
gitu. Jadi gerakannya mesti selalu ke belakang. Karena suka merayap mundur itu,
belum lama ini Aufa jatuh dari atas springbed. Haduuuuh … benjol deh tuh dahi
kanannya. Nggak cuma sekali jatuhnya, tapi sudah 3 kali. Duh, Naaaak, maafkan
ibumu dan ayahmu ini ya Nak!
Jatuh
yang pertama terjadi pada hari Minggu pagi. Dia seperti biasanya ngoceh sambil
tengkurep telentang di springbed. Di sekeliling springbed udah saya kasih
bantal-bantal buat penghalang biar dia nggak jatuh. Saya tinggal ke dapur
sekitar 5 menit. Sementara ayahnya
pergi. Tahu-tahu saya denger suara dia menangis keras. Saya langsung feeling
kalau Aufa jatuh. Saya lari ke kamar, benar dugaan saya. Dia jatuh dengan
posisi tengkurep di lantai. Dahi kanannya benjol.
Jatuh
yang kedua terjadi pada diniharinya atau Senin dinihari sekitar jam 3.30 pagi.
Biasanya kalau Aufa bangun minta nenen, dia krusek-krusek sama bersuara “ah uh
ah uh”. Tapi, saat itu saya nggak mendengar sama sekali. Tahu-tahu saya
mendengar suara benda jatuh dan disusul suara tangisan Aufa. Ternyata dia jatuh
dengan posisi telentang, kepala belakang jatuh ke lantai duluan sepertinya.
Padahal di ujung bawah tempat tidur udah dikasih bantal-bantal juga. Ternyata
Aufa kuat nendang bantal-bantal itu.
Jatuh
yang ketiga terjadi beberapa hari kemudian pas udah masuk bulan Ramadhan. Siang
itu sekitar jam 2 siang, saya mencuci baju. Saya minta ayahnya jagain Aufa di
tempat tidur. Dari tempat cucian, saya denger Aufa ngoceh-ngoceh. Saya kira dia
lagi main sama ayahnya. Ternyata ayahnya tidur. Tahu-tahu saya denger suara
benda jatuh dan disusul tangisan melengkingnya Aufa. Saya lari ke kamar,
ternyata Aufa udah telentang di lantai. Mana spreinya ternyata belepotan
kotorannya Aufa. Celananya Aufa juga kotor semua sama kotorannya. Lantai bekas
tempat dia jatuh juga kotor. Hmmm … Aufa diangkat ayahnya dari lantai, kemudian
saya susui Aufa. Tapi Aufa nggak mau nenen. Badannya kayak lemes gitu. Saya dan
ayahnya sempet agak khawatir. Saya peluk dia, kemudian dia tertidur di pelukan
saya. Saat saya taruh di kasur bawah, perutnya saya lihat langsung
kruwel-kruwel, disusul kemudian dia muntah-muntah banyak. Saya gendong lagi dia
yang merengek-rengek. Saya peluk. Saya neneni nggak mau. Lama-lama dia tertidur
lagi di pelukan saya. Saya taruh di kasur bawah lagi, dia bisa pules meskipun cuma
30 menit.
Huuft
… mulai saat itu, saya lebih sering tidur di kasur bawah di lantai. Jadinya
kalau Aufa mau ngeloyor pergi, dia nggak jatuh. Soalnya pernah juga beberapa
kali, ditinggal pergi sebentar pas saat itu ditaruh di kasur bawah, dia udah
tengkurep di lantai. Selain suka merayap mundur, dia suka tengkurep telentang
berguling-guling. Jadinya emang mesti betul-betul waspada menjaga Aufa yang
tingkahnya aktiiiiiif sekali.
Selama
2 mingguan lebih ini, Aufa juga suka menggigit kalau pas lagi nenen. Meskipun belum
tumbuh gigi, ternyata cukup sakit juga gigitannya. Saya dan suami nebak Aufa
mau tumbuh gigi. Soalnya makin lama, gusi bawahnya ada dua warna putih. Tapi
belum muncul tunas giginya. Gusinya aja yang agak berwarna putih, jumlah
putih-putihnya ada 2.
Sampai
saat ini, Aufa masiiiih paling suka ngelihatin cahaya atau lampu. Oh ya, juga
nonton televisi. Kalau di dalam rumah, dia mau melihat fokus ke wajah saya atau
ayahnya. Tapi kalau udah dibukain pintu depan atau diajak main ke luar rumah,
dia udah nggak mood fokus ke wajah kita. Pandangannya ke mana-mana. Tengok
sana-sini, lihat sana-sini, melongok sana-sini. Semuaaaa dilihat satu per satu,
sampai bingung dia mau apa dulu yang dia lihat. Kalau udah bosen, baru dia mau
fokus ke wajah kita kalau diajak ngomong. Itu pun cuma sebentar. Digendong, dia udah melorot dan gerak-gerak
terus. Udah bener-bener nggak mau digendong malahan, maunya dibopong di depan
dada. Itu pun masih belum bisa anteng. Kepalanya tengak-tengok ngelihat ke atas
sambil ketawa-ketawa sendiri. Naak … kapan kamu mau fokus?
Kalau
dipanggil, dia juga belum mau menengok ke arah suara. Kecuali kalau dia lagi
konsen pada sesuatu, kemudian ada suara keras atau saya memanggilnya tiba-tiba,
dia kaget. Tapi nggak nengok, cuma kaget aja. Nengoknya kalau saya tempelkan
tangan saya atau pipi saya ke pipinya.
Hmm
… bener-bener unik ternyata. Setiap anak berbeda-beda, tak bisa disamakan.
Rangsangannya sama, tapi bisa jadi hasilnya berbeda. Poin A belum tampak, tapi
poin B sudah tampak. Sementara anak lain bisa jadi poin A sudah tampak, tapi
poin B belum tampak. Bener-bener sebuah pelajaran menjadi orangtua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar