Senin, 10 Desember 2012

Perjalanan MPASI-nya Aufa



Setelah Aufa MPASI, ternyata memberi makan bayi itu adalah pengalaman seru tersendiri. Serunya macem-macem. Asyik, penuh tantangan, penuh kreatifitas, nggak bosenan alias kudu istiqomah (hehehe … istilahnyaaaa ^_^), sabar, ribet juga (tapi untuk anak, saya dan suami berusaha untuk menghilangkan istilah ribet ini dalam kamus MPASI-nya Aufa, jadinya ribetnya dicoret aja kali ya? hehehe …), seru banget, dan tentunya asyik.

Sejak awal jauh sebelum Aufa mulai MPASI, saya dan ayahnya Aufa udah sepakat bahwa kami hanya akan memberi makanan home made. Kami nggak akan memberi instant food buat Aufa. Kami ingin yang terbaik buatnya, ingin yang paling aman buat tubuh dan kesehatannya kini maupun kelak. Jadi karena itu, kami pun terus berusaha menjaga komitmen kami untuk terus menjalankan MPASI home made alias rumahan bagi gadis kecil kami.

Kali pertama MPASI, Aufa berumur 6 bulan jalan 2 minggu. Waktu itu kami memberi pisang ambon yang dikerok pakai sendok kemudian saya campur dengan ASI. ASInya banyak, jadinya MPASInya encer. Alhamdulillah Aufa langsung suka. Ngikut rule MPASI, 3 hari saya amati apa yang terjadi dengan Aufa setelah saya kasih pisang ambon. Saya kasih menu itu setiap harinya sebanyak satu kali. Selama 3 hari pemberian, saya amati apakah kira-kira Aufa ada alergi terhadap pisang ambon ataukah tidak. Dan alhamdulillah nggak ada alergi. Pupnya pun lancar. Setelah pisang ambon, saya kasih Aufa perasan jeruk manis dan jeruk baby. Alhamdulillah Aufa juga langsung suka. Saya amati, Aufa juga nggak ada alergi. Sampai Aufa berumur 7 bulan, Aufa baru maem buah sebanyak satu kali dalam sehari. 

Saat Aufa berumur 8 bulan, Aufa masih saya kasih buah. Jadwal makannya nambah jadi 2 kali, pagi dan sore. Setelah pisang ambon dan jeruk, buahnya nambah, yaitu apel kukus dan pir kukus. Setelah dikukus, apel dan pirnya diblender halus sampai jadi bubur. Kadang juga alpukat diblender. Oh ya, sejak Aufa berusia 7 bulanan, pemberian pisang ambonnya juga nggak saya kerok lagi, tapi saya blender biar lebih halus dan lebih mudah dimakan maupun dicerna. Pisang ambonnya pun juga nambah jadi satu buah ukuran sedang. Kalau awal pemberian MPASI kan pisangnya baru sedikit banget, yaitu seperempat bagian pisang ukuran sedang. Dua minggu kemudian baru nambah jadi sepertiga bagian. Beberapa hari kemudian nambah jadi setengah bagian.

Sampai Aufa berumur 8 bulanan, Aufa memang baru saya kasih buah. Kenapa saya baru kasih buah aja, itu karena saya dan suami masih ragu dan takut jika memberi selain buah. Kalau buah kan mudah dicerna. Organ-organ tubuh Aufa yang masih di bawah 8 bulan, apalagi waktu masih di bawah 7 bulan kan masih lemah. Saya dan suami masih takut jika memberi makanan yang nantinya justru memperberat kerja organ pencernaan Aufa. Buah beda dengan sayur yang agak sulit dicerna. Beda lagi dengan pati atau tepung yang sulit dicerna. Pernah kalau nggak salah saya kasih 2 kali bubur beras putih, tapi Aufa nggak doyan. Mau memakannya, tapi nggak lebih dari 5 sendok. Usut punya usut, ternyata saya salah. Soalnya, tepung beras yang saya bikin bubur beras itu adalah tepung beras jadi (udah kemasan), bukan beras yang saya gilingkan sendiri. Itu kan rasanya tepung banget, nggak kerasa berasnya. Pernah juga sekali saya bikinkan bubur kacang hijau yang juga kemudian saya blender, ternyata Aufa juga nggak suka. Baru dua suap, dia udah emoh-emoh.

Saat Aufa umur sekitar 8,5 bulan, Aufa sembelit. Selama 6 hari dia nggak pup. Di hari ketiga nggak pup, saya stop MPASInya. Maksud hati biar perutnya nggak mbesesek kepenuhan ‘sampah’. Biar yang udah jadi kotoran, keluar dulu. Selama saya stop MPASInya, saya banyakin ASInya. Juga saya pijat ILU dan kayuh sepeda biar dia bisa pup. Tapi ditunggu sampai dia nggak pup 6 hari, pupnya nggak keluar-keluar juga. Tiap hari (termasuk malam), Aufa rewel. Entah rewelnya karena nggak nyaman perutnya ataukah lapar ataukah dua-duanya. :-( Karena saya dan suami khawatir, di hari ke-6 nggak pup itu, saya dan suami membawa Aufa ke rumah sakit ketemu dokter anak. Di sana, Aufa dimasukin mocrolax lewat anusnya, dan keluar 6 buah ‘peluru’ besar-besar. Oooh … ini toh yang bikin Aufa mbesesek? Pantesan sulit keluar, soalnya teksturnya keras dan ukurannya besar-besar. :-D

Dokternya nanya, terakhir Aufa dikasih makan apa. Saya bilang, dikasih bubur apel kukus. Sebelum apel kukus itu, sebanyak 2 kali saya kasih pisang ambon blender. Dan dokter pun bilang, bisa jadi pisang ambon itulah yang bikin susah pup. Karena pada sebagian anak, pisang memang bikin susah pup. Meskipun ada sebagian anak yang lain yang justru jadi lancar pupnya setelah makan pisang. Dokter bilang agar pemberian pisangnya distop dulu sampai 6 bulan ke depan atau sampai Aufa berumur 14 bulan. Nanti kalau Aufa udah 14 bulan, boleh dicoba dikasih pisang ambon, tapi sedikit saja. Setelah itu diamati. Kalau pupnya lancar, boleh dikasih lagi di lain waktu tapi sedikit-sedikit. Kalau ternyata susah pup lagi, ditunda lagi pemberian pisangnya (baik pisang ambon atau jenis lainnya).

Dokternya juga bilang, Aufa udah 8,5 bulan. MPASInya dikasih pati. Kalau buah, nanti kasihan anaknya, karena nanti besarnya kan bakal makan nasi. Gitu kata dokternya. Kalau masih awal-awal pengenalan MPASI, buah masih oke. Tapi kalau udah 8 bulan, jangan buah aja, tapi dikasih pati juga. Organ pencernaannya udah siap kalau dikasih pati. Dan dokternya pun bilang, bikin bubur sendiri aja, nggak usah nepungin beras. Juga nggak usah instant food.

Sepulang dari rumah sakit, saya langsung bikin bubur beras putih buah Aufa. Saya ambil nasi secentong dari majicom, kemudian saya taruh di wajan teflon kecil saya, saya kasih air, dan kemudian dibikin bubur. Setelah jadi bubur, seperti kata dokter, buburnya diblender biar halus. Boleh dicampuri ASI, boleh juga nggak dikasih campuran ASI, atau boleh juga dikasih campuran sayur yang juga ikut diblender. Sebagai percobaan pertama, bubur beras putihnya nggak saya kasih campuran apa-apa, hanya beras putih aja. Daaaaan … ternyata Aufa langsung suka. Lahap bener makannya. Hihihi … Mungkin kelaperan kali ya? Habisnya beberapa hari nggak makan sih. #Kasihannya anakkuuuu :-( Dan pupnya pun lancaaaar. :-)

Setelah percobaan pertama yang sukses itu, saya bikinkan bubur beras putih rutin setiap hari. Awal-awal hanya beras putih aja, tapi beberapa hari kemudian saya kasih tambahan sayur. Kadang bayem, kadang wortel, kadang brokoli, kadang tahu, kadang tempe, kadang waluh (labu parang), kadang sawi. 

Sampai Aufa menuntaskan umur 8 bulannya, saya baru memberi makan sebanyak satu kali pada pagi hari. Selain bubur beras pada pagi hari, Aufa juga dikasih buah. Seringnya jeruk manis, soalnya dia suka banget. Pepaya sama sekali nggak suka. Tapi, kadang dia juga makan bubur 2 kali, yaitu pagi dan sore. Mulai umur 9 bulan, Aufa saya rutinkan makan 2 kali, yaitu pagi dan sore. Di sela-sela makan, buah tetep dikasih. Seadanya buah di kulkas apa, itu yang dikasih. Kalau ternyata dia nggak suka, ya udah. Mulai umur 10 bulan, jadwal makannya nambah lagi, yaitu jadi 3 kali (pagi, siang, dan sore).

Sampai sekarang, Aufa masih saya kasih bubur dengan tekstur bubur yang agak padat, nggak encer lagi. Pernah saya bikinkan encer, dia nggak suka. Mungkin Aufa udah nggak suka yang encer-encer kali ya? Pernah juga saya bikinkan bubur yang teksturnya padet banget, ternyata dia juga nggak suka. Mungkin bagi Aufa, itu kepadetan. Jadi ya sudah, di tengah-tengah aja, nggak encer tapi juga nggak padet banget.

Di antara bahan-bahan makanan yang saya kasih ke Aufa, ada yang dia suka, agak nggak dia suka, dan ada yang nggak dia suka. Yang disukai Aufa : beras putih, beras merah, bayam, wortel, tempe, pisang ambon, apel, alpukat, jeruk, mangga. Yang agak nggak disukai Aufa : tahu, sawi, kentang, pir. Yang nggak disukai Aufa : pepaya, kacang hijau, brokoli, waluh (labu parang), kurma.

Saya pernah kasih Aufa telur rebus saat Aufa berumur 9,5 bulan. Telurnya saya bagi 2, kemudian saya kasihkan untuk 2 kali jadwal makan. Aufa mau, tapi setelah itu dia diare. Ya sudah, ditunda dulu aja telurnya. Di umur itu juga saya kasih kaldu ayam home made, tapi dia juga emoh. Ya sudah. 

Di umur ini, saya masih takut kalau mau ngasih ikan atau daging. Pengiiin banget sebenernya ngasih, tapi takut. Ayahnya udah bilang mbok Aufa dikasih ikan segar yang dibikin pepes, trus diblender bareng buburnya. Saya iyakan, tapi masih rada takut. Moga-moga sih nggak kenapa-kenapa ya? Moga-moga doyan. Nanti lah saya belikan ikan segar.

Oh ya, untuk MPASI-nya Aufa ini, saya dan suami juga komitmen untuk tidak memberikan gula dan juga garam pada makanan dan minumannya Aufa. Sampai Aufa umur 1 tahun nanti, no gula garam dalam makanan maupun minumannya. Setelah nanti dia umur 1 tahun, baru boleh lah dikasih gula dan garam, tapi dikiiit aja.

Sampai saat ini, boleh dibilang Aufa lancar MPASI-nya, bebas instant food dan bebas gula garam. Hanya sekali ding dia makan roti mari pas dia umur 9,5 bulan. Tapi, nggak sampai setengah keping. Dia makan itu gara-gara kepepet. Pas jadwal dia makan pagi, tapi saya nggak bawa makanan. Keluar rumah pagi-pagi dan saya nggak bikin sarapan buat Aufa. Padahal saat itu saya sedang perjalanan pulang ke rumah mertua. Akhirnya di jalan berhenti beli roti itu buat cemal-cemil Aufa selama di jalan. Soalnya Aufa ribut di jalan karena mungkin laper, dineneni tetep ribut. Soalnya kan jam segitu biasanya dia udah sarapan, perut udah keisi makanan. Eh, ternyata Aufa kok kayak nggak suka rotinya. Alhamdulillah sebenernya … Padahal saya udah sedih banget pas beli itu, apalagi pas ngasih potongan kecil roti mari itu ke tangannya Aufa. Dia baru makan pas udah nyampai di rumah Mbah.

Moga-moga perjalanan MPASI-nya Aufa lancar terus. Yang paling utama sampai dia umur 1 tahun. Aamiin ya rabbal’alamiin …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar