Setelah
Aufa MPASI, ternyata memberi makan bayi itu adalah pengalaman seru tersendiri.
Serunya macem-macem. Asyik, penuh tantangan, penuh kreatifitas, nggak bosenan
alias kudu istiqomah (hehehe … istilahnyaaaa ^_^), sabar, ribet juga (tapi
untuk anak, saya dan suami berusaha untuk menghilangkan istilah ribet ini dalam
kamus MPASI-nya Aufa, jadinya ribetnya dicoret aja kali ya? hehehe …), seru
banget, dan tentunya asyik.
Sejak
awal jauh sebelum Aufa mulai MPASI, saya dan ayahnya Aufa udah sepakat bahwa
kami hanya akan memberi makanan home made. Kami nggak akan memberi instant food
buat Aufa. Kami ingin yang terbaik buatnya, ingin yang paling aman buat tubuh dan
kesehatannya kini maupun kelak. Jadi karena itu, kami pun terus berusaha
menjaga komitmen kami untuk terus menjalankan MPASI home made alias rumahan
bagi gadis kecil kami.
Kali
pertama MPASI, Aufa berumur 6 bulan jalan 2 minggu. Waktu itu kami memberi
pisang ambon yang dikerok pakai sendok kemudian saya campur dengan ASI. ASInya
banyak, jadinya MPASInya encer. Alhamdulillah Aufa langsung suka. Ngikut rule
MPASI, 3 hari saya amati apa yang terjadi dengan Aufa setelah saya kasih pisang
ambon. Saya kasih menu itu setiap harinya sebanyak satu kali. Selama 3 hari
pemberian, saya amati apakah kira-kira Aufa ada alergi terhadap pisang ambon
ataukah tidak. Dan alhamdulillah nggak ada alergi. Pupnya pun lancar. Setelah
pisang ambon, saya kasih Aufa perasan jeruk manis dan jeruk baby. Alhamdulillah
Aufa juga langsung suka. Saya amati, Aufa juga nggak ada alergi. Sampai Aufa
berumur 7 bulan, Aufa baru maem buah sebanyak satu kali dalam sehari.
Saat
Aufa berumur 8 bulan, Aufa masih saya kasih buah. Jadwal makannya nambah jadi 2
kali, pagi dan sore. Setelah pisang ambon dan jeruk, buahnya nambah, yaitu apel
kukus dan pir kukus. Setelah dikukus, apel dan pirnya diblender halus sampai
jadi bubur. Kadang juga alpukat diblender. Oh ya, sejak Aufa berusia 7 bulanan,
pemberian pisang ambonnya juga nggak saya kerok lagi, tapi saya blender biar
lebih halus dan lebih mudah dimakan maupun dicerna. Pisang ambonnya pun juga
nambah jadi satu buah ukuran sedang. Kalau awal pemberian MPASI kan pisangnya
baru sedikit banget, yaitu seperempat bagian pisang ukuran sedang. Dua minggu
kemudian baru nambah jadi sepertiga bagian. Beberapa hari kemudian nambah jadi
setengah bagian.
Sampai
Aufa berumur 8 bulanan, Aufa memang baru saya kasih buah. Kenapa saya baru
kasih buah aja, itu karena saya dan suami masih ragu dan takut jika memberi selain
buah. Kalau buah kan mudah dicerna. Organ-organ tubuh Aufa yang masih di bawah
8 bulan, apalagi waktu masih di bawah 7 bulan kan masih lemah. Saya dan suami
masih takut jika memberi makanan yang nantinya justru memperberat kerja organ
pencernaan Aufa. Buah beda dengan sayur yang agak sulit dicerna. Beda lagi
dengan pati atau tepung yang sulit dicerna. Pernah kalau nggak salah saya kasih
2 kali bubur beras putih, tapi Aufa nggak doyan. Mau memakannya, tapi nggak
lebih dari 5 sendok. Usut punya usut, ternyata saya salah. Soalnya, tepung
beras yang saya bikin bubur beras itu adalah tepung beras jadi (udah kemasan),
bukan beras yang saya gilingkan sendiri. Itu kan rasanya tepung banget, nggak
kerasa berasnya. Pernah juga sekali saya bikinkan bubur kacang hijau yang juga
kemudian saya blender, ternyata Aufa juga nggak suka. Baru dua suap, dia udah
emoh-emoh.
Saat
Aufa umur sekitar 8,5 bulan, Aufa sembelit. Selama 6 hari dia nggak pup. Di
hari ketiga nggak pup, saya stop MPASInya. Maksud hati biar perutnya nggak
mbesesek kepenuhan ‘sampah’. Biar yang udah jadi kotoran, keluar dulu. Selama
saya stop MPASInya, saya banyakin ASInya. Juga saya pijat ILU dan kayuh sepeda
biar dia bisa pup. Tapi ditunggu sampai dia nggak pup 6 hari, pupnya nggak
keluar-keluar juga. Tiap hari (termasuk malam), Aufa rewel. Entah rewelnya
karena nggak nyaman perutnya ataukah lapar ataukah dua-duanya. :-( Karena saya
dan suami khawatir, di hari ke-6 nggak pup itu, saya dan suami membawa Aufa ke
rumah sakit ketemu dokter anak. Di sana, Aufa dimasukin mocrolax lewat anusnya,
dan keluar 6 buah ‘peluru’ besar-besar. Oooh … ini toh yang bikin Aufa
mbesesek? Pantesan sulit keluar, soalnya teksturnya keras dan ukurannya besar-besar.
:-D
Dokternya
nanya, terakhir Aufa dikasih makan apa. Saya bilang, dikasih bubur apel kukus.
Sebelum apel kukus itu, sebanyak 2 kali saya kasih pisang ambon blender. Dan
dokter pun bilang, bisa jadi pisang ambon itulah yang bikin susah pup. Karena
pada sebagian anak, pisang memang bikin susah pup. Meskipun ada sebagian anak
yang lain yang justru jadi lancar pupnya setelah makan pisang. Dokter bilang
agar pemberian pisangnya distop dulu sampai 6 bulan ke depan atau sampai Aufa
berumur 14 bulan. Nanti kalau Aufa udah 14 bulan, boleh dicoba dikasih pisang
ambon, tapi sedikit saja. Setelah itu diamati. Kalau pupnya lancar, boleh
dikasih lagi di lain waktu tapi sedikit-sedikit. Kalau ternyata susah pup lagi,
ditunda lagi pemberian pisangnya (baik pisang ambon atau jenis lainnya).
Dokternya
juga bilang, Aufa udah 8,5 bulan. MPASInya dikasih pati. Kalau buah, nanti
kasihan anaknya, karena nanti besarnya kan bakal makan nasi. Gitu kata
dokternya. Kalau masih awal-awal pengenalan MPASI, buah masih oke. Tapi kalau
udah 8 bulan, jangan buah aja, tapi dikasih pati juga. Organ pencernaannya udah
siap kalau dikasih pati. Dan dokternya pun bilang, bikin bubur sendiri aja,
nggak usah nepungin beras. Juga nggak usah instant food.
Sepulang
dari rumah sakit, saya langsung bikin bubur beras putih buah Aufa. Saya ambil
nasi secentong dari majicom, kemudian saya taruh di wajan teflon kecil saya,
saya kasih air, dan kemudian dibikin bubur. Setelah jadi bubur, seperti kata
dokter, buburnya diblender biar halus. Boleh dicampuri ASI, boleh juga nggak
dikasih campuran ASI, atau boleh juga dikasih campuran sayur yang juga ikut
diblender. Sebagai percobaan pertama, bubur beras putihnya nggak saya kasih
campuran apa-apa, hanya beras putih aja. Daaaaan … ternyata Aufa langsung suka.
Lahap bener makannya. Hihihi … Mungkin kelaperan kali ya? Habisnya beberapa
hari nggak makan sih. #Kasihannya anakkuuuu :-( Dan pupnya pun lancaaaar. :-)
Setelah
percobaan pertama yang sukses itu, saya bikinkan bubur beras putih rutin setiap
hari. Awal-awal hanya beras putih aja, tapi beberapa hari kemudian saya kasih
tambahan sayur. Kadang bayem, kadang wortel, kadang brokoli, kadang tahu,
kadang tempe, kadang waluh (labu parang), kadang sawi.
Sampai
Aufa menuntaskan umur 8 bulannya, saya baru memberi makan sebanyak satu kali
pada pagi hari. Selain bubur beras pada pagi hari, Aufa juga dikasih buah.
Seringnya jeruk manis, soalnya dia suka banget. Pepaya sama sekali nggak suka. Tapi,
kadang dia juga makan bubur 2 kali, yaitu pagi dan sore. Mulai umur 9 bulan,
Aufa saya rutinkan makan 2 kali, yaitu pagi dan sore. Di sela-sela makan, buah
tetep dikasih. Seadanya buah di kulkas apa, itu yang dikasih. Kalau ternyata
dia nggak suka, ya udah. Mulai umur 10 bulan, jadwal makannya nambah lagi,
yaitu jadi 3 kali (pagi, siang, dan sore).
Sampai
sekarang, Aufa masih saya kasih bubur dengan tekstur bubur yang agak padat,
nggak encer lagi. Pernah saya bikinkan encer, dia nggak suka. Mungkin Aufa udah
nggak suka yang encer-encer kali ya? Pernah juga saya bikinkan bubur yang
teksturnya padet banget, ternyata dia juga nggak suka. Mungkin bagi Aufa, itu
kepadetan. Jadi ya sudah, di tengah-tengah aja, nggak encer tapi juga nggak
padet banget.
Di
antara bahan-bahan makanan yang saya kasih ke Aufa, ada yang dia suka, agak
nggak dia suka, dan ada yang nggak dia suka. Yang disukai Aufa : beras putih,
beras merah, bayam, wortel, tempe, pisang ambon, apel, alpukat, jeruk, mangga.
Yang agak nggak disukai Aufa : tahu, sawi, kentang, pir. Yang nggak disukai
Aufa : pepaya, kacang hijau, brokoli, waluh (labu parang), kurma.
Saya
pernah kasih Aufa telur rebus saat Aufa berumur 9,5 bulan. Telurnya saya bagi
2, kemudian saya kasihkan untuk 2 kali jadwal makan. Aufa mau, tapi setelah itu
dia diare. Ya sudah, ditunda dulu aja telurnya. Di umur itu juga saya kasih
kaldu ayam home made, tapi dia juga emoh. Ya sudah.
Di
umur ini, saya masih takut kalau mau ngasih ikan atau daging. Pengiiin banget
sebenernya ngasih, tapi takut. Ayahnya udah bilang mbok Aufa dikasih ikan segar
yang dibikin pepes, trus diblender bareng buburnya. Saya iyakan, tapi masih
rada takut. Moga-moga sih nggak kenapa-kenapa ya? Moga-moga doyan. Nanti lah
saya belikan ikan segar.
Oh
ya, untuk MPASI-nya Aufa ini, saya dan suami juga komitmen untuk tidak
memberikan gula dan juga garam pada makanan dan minumannya Aufa. Sampai Aufa
umur 1 tahun nanti, no gula garam dalam makanan maupun minumannya. Setelah
nanti dia umur 1 tahun, baru boleh lah dikasih gula dan garam, tapi dikiiit
aja.
Sampai
saat ini, boleh dibilang Aufa lancar MPASI-nya, bebas instant food dan bebas
gula garam. Hanya sekali ding dia makan roti mari pas dia umur 9,5 bulan. Tapi,
nggak sampai setengah keping. Dia makan itu gara-gara kepepet. Pas jadwal dia
makan pagi, tapi saya nggak bawa makanan. Keluar rumah pagi-pagi dan saya nggak
bikin sarapan buat Aufa. Padahal saat itu saya sedang perjalanan pulang ke
rumah mertua. Akhirnya di jalan berhenti beli roti itu buat cemal-cemil Aufa
selama di jalan. Soalnya Aufa ribut di jalan karena mungkin laper, dineneni
tetep ribut. Soalnya kan jam segitu biasanya dia udah sarapan, perut udah keisi
makanan. Eh, ternyata Aufa kok kayak nggak suka rotinya. Alhamdulillah sebenernya
… Padahal saya udah sedih banget pas beli itu, apalagi pas ngasih potongan
kecil roti mari itu ke tangannya Aufa. Dia baru makan pas udah nyampai di rumah
Mbah.
Moga-moga
perjalanan MPASI-nya Aufa lancar terus. Yang paling utama sampai dia umur 1
tahun. Aamiin ya rabbal’alamiin …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar