Rabu, 03 Juli 2013

ASI dan Susu-Susu Lainnya


Tak terasa ini sudah masuk bulan Juli. Bagi Aufa, saat memasuki bulan Juli ini, umurnya berarti sudah 17 bulan. Tepatnya tanggal 30 Juni kemarin genap 17 bulan. Itu artinya lagi, masa saya menyusui Aufa hanya tinggal 7 bulan kurang sedikit. Ada rasa bahagia, namun juga ada rasa sedihnya. Bahagia karena saya bisa menyusui Aufa selama 17 bulan ini. Dan sedihnya, masa-masa indah itu akan berakhir dalam 7 bulan mendatang. 
Kok rasanya cepat sekali waktu berlari? Perasaan, baru saja kemarin Aufa saya lahirkan. Baru kemarin rasanya saya memulai masa-masa indah, masa menyusui. Tapi, kurang dari 7 bulan lagi, saya sudah mesti menyapihnya karena Aufa sudah berumur 2 tahun. Ada rasa bahagia dalam diri saya selama 17 bulan menyusui ini. Alhamdulillah Aufa tetap tidak minum susu formula. Saya dan suami bahagia, karena tekad kami untuk tidak memberikan susu formula pada Aufa terpenuhi. Meskipun saya tetap bekerja di luar rumah dari jam 8 pagi sampai jam 16.15.
Bukan … bukan. Saya dan suami bukan benci pada susu formula. Saya dan suami tidak memberikan susu formula karena itu adalah pilihan kami sebagai orangtua Aufa. Karena memang, memberikan ASI ataukah susu formula pada bayi, itu adalah pilihan orangtua si bayi —ayah dan ibu si bayi itu. Dan kami memilih memberikan ASI. Mungkin saja pilihan kami yang tidak memberikan susu formula pada Aufa dan juga apa yang kami lakukan untuk ikut serta dalam kampanye ASI, dianggap orang lain sebagai orang yang anti susu formula atau benci pada susu formula. Sekali lagi, tidak begitu maksud kami. :-) Tapi saya sih berharap tidak ada yang menganggap kami anti susu formula ya. Hehehe …. #piss, ah ^_^v
Sebagaimana yang saya tahu, susu itu ada urut-urutan kelasnya.
1.       Kelas pertama adalah ASI, dimana yang diutamakan adalah fresh from the gentong ^_^, dan jika tidak memungkinkan barulah kemudian ASI perah (ASIP).
2.      Kelas kedua adalah susu pasteurisasi. Susu ini adalah susu yang dipanaskan dalam suhu sekitar 63 derajat Celcius selama sekitar 15 menit atau 72 derajat Celcius selama sekitar 15 detik. Pemanasan susu ini dilakukan untuk membunuh mikro organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang. Pasteurisasi dilakukan untuk mengurangi jumlah mikro organisme yang bisa menyebabkan penyakit. Juga menginaktifkan enzim-enzim yang membuat susu cepat rusak. Susu pasteurisasi ini harus disimpan dalam lemari pendingin agar tahan lama. Susu pasteurisasi paling lama tahan 1 minggu dalam lemari pendingin (refrigator). Dalam suhu ruang, susu pasteurisasi tahan antara 1 hari hingga 2 hari.
3.      Kelas ketiga adalah susu UHT atau Ultra High Temperature dimana susu distrerilisasi dengan panas sekitar 140 derajat Celcius selama beberapa detik (antara 2 detik hingga 10 detik) untuk membunuh mikro organisme pembusuk ataupun patogen, juga spora. Singkatnya waktu pemanasan adalah untuk mencegah agar nilai gizi dalam susu itu tidak banyak yang rusak. Juga untuk mendapatkan warna, rasa, dan aroma susu yang tidak berbeda dengan susu segar (susu aslinya). Pengemasan susu UHT sendiri pun juga dikemas dalam wadah kedap udara agar tidak ada bakteri yang masuk.
4.      Kelas keempat adalah susu formula. Susu formula atau susu bubuk (karena susu formula ya bentuk susunya sudah berubah menjadi bubuk) adalah susu yang telah diproses sedemikian rupa melalui proses pengeringan sehingga wujudnya berubah dari cair menjadi bubuk. Dalam prosesnya ditambahkan zat-zat atau vitamin sintetis agar kandungan gizi susu tetap komplit (maksudnya semua gizinya ada, meskipun sintetis). Susu pasteurisasi dan UHT aja dipanaskan nggak sampai 100 derajat Celcius dan nggak mengubah wujud asli susu yang pada dasarnya cair agar kandungan gizinya tidak hilang atau rusak. Nah, kalau begitu, gimana dengan susu formula yang wujud susunya udah berubah dari cair menjadi padat? (Bubuk kan artinya itu berbentuk padat ya? Bener nggak sih saya?) ^_^ Jadi, mau harga susu formulanya semahal apa, itu tetap masuk di urutan keempat dalam tingkatan kebaikan susu.
5.      Kelas kelima adalah susu kental manis (SKM).
Susu kental manis (SKM) mengandung gula yang sangat banyak (namanya juga manis ^_^). Ada yang bilang bahwa kandungan gula dalam SKM antara 60 persen hingga 80 persen (wow, banyak ya?). SKM ini sebenernya bukan termasuk susu untuk diminum, apalagi dikasih ke anak-anak. SKM ini dibuat untuk olahan lanjutan bahan makanan, maksudnya untuk campuran bikin makanan (kue/ roti) atau minuman. Tentu nggak rela dong ya ngasih anak kita SKM? Kadar gulanya itu lhooo. Bikin gemuk, bikin karies gigi, dan gimana ya dengan kadar gula dalam darah anak jika sering atau terus-terusan dikasih SKM? :-(
Setelah tahu kalau susu ada kelasnya, saya dan suami tentu memilih kelas. Pilihan pertama dan utama adalah ASI. Itu pasti. Karena saya bekerja di luar rumah, maka saat saya tidak sedang bersama Aufa, dengan terpaksa kami memberikan ASIP untuk Aufa. Namun begitu saya pulang ke rumah atau bersama Aufa, dia mimik ASI langsung dari saya.
Semenjak Aufa berusia 13 bulan, ternyata hasil perahan ASI saya tidak memenuhi kebutuhan minumnya Aufa selama saya tinggal kerja. Jika ASIP-nya habis, pilihan pertama adalah jus buah. Pilihan kedua adalah air putih. Selama ini, air putih ternyata malah jadi pilihan kedua. Soalnya suami saya sebagai orang yang momong Aufa di rumah, tidak setiap hari membuatkan jus untuk Aufa. Jika jus buah atau air putih tidak cukup memuaskan Aufa, barulah dikasih susu UHT.
Namun ternyata setelah diperhatikan, Aufa tidak terlalu bersemangat sama susu UHT. Awalnya saya pilih UHT yang plain, merek Ul**a yang kotaknya berwarna biru itu. Tapi, Aufa blas nggak mau minum. Dilepeh. Entah, mungkin karena rasanya tawar itu, nggak ada manisnya. Karena dia nggak mau, saya terpaksa membelikan yang ada rasanya, dan bergula. Hiks … Saya belikan yang rasa vanila. Saya kasihkan ke Aufa, dia mau. Tapi setelah dibaca lagi komposisinya kok ada susu bubuknya? Saya dan suami jadi nggak sreg. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kami memutuskan beli susu sapi segar untuk jaga-jaga jika ASIP-nya habis. Saya beli pagi hari dalam jumlah yang sedikit, mungkin sekitar 300 ml. Sebanyak 300 ml itu, Aufa nggak pernah habis. Kalau saya pulang kerja, saya lihat di kulkas masih ada sisa. Di botolnya pun juga masih ada susu sisa. Karena saya sudah ada di rumah kembali, susu segar sisanya itu tidak saya kasihkan. Biasanya saya buang. Atau kadang diminum ayahnya Aufa. Dan Aufa sendiri kalau saya sudah ada bersama dia, nggak mau minum susu lain selain ASI saya. Misalkan dikasih ASIP pun dia juga nggak mau. Lebih memilih yang fresh from the gentong. :-D
Dan satu hal yang kami berdua pegang adalah bahwa susu (selain ASI maksudnya) itu tidak wajib bagi Aufa. Selama 2 tahun pertama kehidupannya, susu yang wajib masuk hanya ASI. Sedangkan susu lain (bisa dari sapi, kambing, kedelai, atau yang lainnya) itu tidak wajib. Tidak wajib itu kami mengartikannya sebagai tambahan saja. Kebutuhan minumnya Aufa dalam kesehariannya dia bisa dapat dari apa saja. Selain ASI, dia bisa minum air putih, juga bisa jus buah, juga bisa sari kacang hijau, bisa dari nabis (rendaman kurma atau kismis).
Semoga 7 bulan sisa masa penyusuan ini berjalan aman dan lancar. Produksi ASI saya tetap bisa memenuhi kebutuhannya Aufa. Dan semoga Aufa selalu sehat. Aamiin yaa rabbal’alamiin …. ^_^



1 komentar: