Beberapa
hari terakhir ini Kakak Aufa jadi rewel. Maunya gendong, nggak mau ditinggal
sendiri. Kalau biasanya ke mana-mana jalan sendiri, dalam beberapa hari ini
maunya digendong. Sedikit-sedikit merengek, sedikit-sedikit berurai air mata
bombay. Duuuh, Kakak … Kakak kenapa?
Saya
dan ayahnya niteni (bahasa
Indonesianya apa yaaa??) sejak kapan tepatnya Kakak Aufa rewel, yaitu sejak Sabtu
sore kemarin. Sejak pakdhe budhe dan saudara-saudara sepupunya dateng ke rumah.
Sekitar jam 3.30 sore waktu itu, Aufa lagi nyanyi-nyanyi hepi di kamar bersama
ayahnya. Seperti biasa, Aufa pegangan di jendela kamar sambil nyanyi-nyanyi
ketawa-ketawa. Sedangkan ayahnya bertugas memegang mainannya Aufa sambil
tiduran di tempat tidur, sambil ikut nyanyi-nyanyi juga ding. ^_^
Saya
dan ayahnya udah selesai Shalat Asar. Saat ayahnya nemenin Aufa di kamar, saya
di dapur bikin minum. Nah, pas selesai bikin minum, ada suara mobil datang dan
berhenti tepat di depan rumah. Saya bilang sama ayahnya kalau pakdhenya Aufa
datang. Begitu pintu mobil dibuka, sepupu-sepupunya Aufa teriak-teriak ngasih
tahu kalau mereka datang. Mendengar itu dan melihat ayahnya jadi sibuk
menyambut, wajah Aufa jadi aneh. Wajah antara takut, khawatir, gugup, bercampur
jadi satu. Dengan gegas, dia menghampiri saya yang saat itu berdiri di samping
tempat tidur. Aufa langsung minta gendong dan memegang saya erat-erat. Saat keluar kamar dan melihat ada banyak
orang di ruang depan, pegangan Aufa tambah kenceng. Mukanya disembunyikan di
bahu saya.
Saat
semua duduk di ruang tengah sambil ngobrol-ngobrol, Aufa tetep minta peluk.
Pegangannya tetep kenceng. Saya dulang serabi yang biasanya sangat dia suka, dia
melepehnya. Dia ogah. Tak lama kemudian dia merengek minta keluar. Saya ajak
keluar, dia nuntun jari tangan saya agar mengantarkan dia main. Saya ajak
pulang, dia nggak mau. Baru mendekati rumah, dia merengek dan kemudian minta
gendong. Saya ajak menjauh dari rumah
lagi, dia hepi ketawa-ketawa. Saya ajak pulang lagi, dia emoh lagi. Duuuh …
emaknya ini yang jadi nggak enak hati. Masa didatengi saudara kok malah pergi.
Saat
akhirnya pakdhe budhe dan sepupu-sepupunya pulang, Aufa jadi beda lagi. Saat
mobilnya mulai keluar dari pintu gerbang perumahan, dia langsung ketawa-ketawa
jerit-jerit hepi gitu. Berasa kayak plong, lega. Saya dan ayahnya jadi heran
sendiri lihat Aufa. Tapi saat masuk ke dalam rumah dan melihat masih ada satu
kakak sepupunya yang memang sengaja nginep di rumah selama seminggu buat ngisi
liburan kenaikan kelas, Aufa jadi balik rewel lagi. Dan sampai hari ini,
reweeeeeel terus bawaannya. Maunya ngajak pergi main terus ke luar rumah sambil
digendong. Kalau saya tinggal kerja, kata ayahnya, Aufa nggak pernah mau lepas
dari ayahnya. Maunya ikut ke mana-mana ayahnya pergi. Ditinggal ke kamar mandi
sebentar juga nggak mau. Melihat ada kakak sepupunya, dia jadi mewek. Dideketin
kakak sepupunya, nangis kejer. Apalagi ditinggal berdua dengan kakak sepupunya
di ruangan yang sama, huuffftt … heboh nangisnya. Kakaaak … Kakak! Ayahnya
bilang (dan saya juga setuju), Aufa nggak
jenak di rumah. Sepertinya nggak
jenak ada orang lain di rumah. Nggak nyaman.
Memang,
selama ini di rumah mungil kami hanya ada tiga orang saja. Hanya saya, ayahnya,
dan juga Aufa. Kami juga tidak ada asisten rumah tangga di rumah, semua
pekerjaan rumah kami selesaikan berdua. Jadi memang dalam kesehariannya di
rumah, Aufa hanya melihat ada saya dan ayahnya saja di dalam rumah. Sementara
sejak beberapa hari ini, di dalam rumah bertambah orangnya, yaitu kakak
sepupunya.
Kami
juga tidak pernah mengurung Aufa di dalam rumah saja. Kami kasih kesempatan
Aufa untuk main bersama teman-temannya. Pagi hari setelah dia mandi, biasanya
dia sarapan di depan rumah sambil bermain dengan anak-anak kecil anaknya
tetangga yang jumlahnya lumayan banyak. Siang hari dia juga main di teras depan
rumah sambil melihat anak-anak yang sudah mulai besar, bermain di jalan depan
rumah (dengan pintu pagar ditutup biar Aufa nggak kabur, soalnya jalan depan
rumah panaaass). Sore hari sambil makan sore, saya ajak Aufa jalan-jalan sore
di perumahan, makan sama-sama anak-anak kecil lainnya. Jadi, sosialisasi dengan
orang-orang (baik anak-anak kecil maupun orang dewasa) di perumahan, tergolong
sering. Ibaratnya, dari pagi hingga siang, dia ketemu dan berinteraksi dengan
orang-orang. Tapi ya begitu, ini ada kakak sepupunya nginep di rumah, dia kok
jadi rewel begini. Atau rewelnya ini bukan karena itu? Tapi karena hal lain?
Tapi apa?
Moga-moga
saja Kakak Aufa hanya sementara rewelnya. Kalau pun dia ternyata memang rewel
karena nggak nyaman ada kakak sepupunya di rumah, semoga nanti kalau kakak
sepupunya udah pulang, dia jadi anteng lagi. Bisa diajak kerja sama lagi buat
disambi-sambi ngerjain kerjaan rumah. Soalnya selama Aufa rewel ini, kerjaan
rumah kacau balau. Dia nggak mau disambi. Rumah jadi kayak kapal pecah! Duuuh
…. :-(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar