Kamis, 04 Juli 2013

Aufa Rewel, Emak Bapak Remek Tulang


Beberapa hari terakhir ini Kakak Aufa jadi rewel. Maunya gendong, nggak mau ditinggal sendiri. Kalau biasanya ke mana-mana jalan sendiri, dalam beberapa hari ini maunya digendong. Sedikit-sedikit merengek, sedikit-sedikit berurai air mata bombay. Duuuh, Kakak … Kakak kenapa?
Saya dan ayahnya niteni (bahasa Indonesianya apa yaaa??) sejak kapan tepatnya Kakak Aufa rewel, yaitu sejak Sabtu sore kemarin. Sejak pakdhe budhe dan saudara-saudara sepupunya dateng ke rumah. Sekitar jam 3.30 sore waktu itu, Aufa lagi nyanyi-nyanyi hepi di kamar bersama ayahnya. Seperti biasa, Aufa pegangan di jendela kamar sambil nyanyi-nyanyi ketawa-ketawa. Sedangkan ayahnya bertugas memegang mainannya Aufa sambil tiduran di tempat tidur, sambil ikut nyanyi-nyanyi juga ding. ^_^
Saya dan ayahnya udah selesai Shalat Asar. Saat ayahnya nemenin Aufa di kamar, saya di dapur bikin minum. Nah, pas selesai bikin minum, ada suara mobil datang dan berhenti tepat di depan rumah. Saya bilang sama ayahnya kalau pakdhenya Aufa datang. Begitu pintu mobil dibuka, sepupu-sepupunya Aufa teriak-teriak ngasih tahu kalau mereka datang. Mendengar itu dan melihat ayahnya jadi sibuk menyambut, wajah Aufa jadi aneh. Wajah antara takut, khawatir, gugup, bercampur jadi satu. Dengan gegas, dia menghampiri saya yang saat itu berdiri di samping tempat tidur. Aufa langsung minta gendong dan memegang saya erat-erat.  Saat keluar kamar dan melihat ada banyak orang di ruang depan, pegangan Aufa tambah kenceng. Mukanya disembunyikan di bahu saya.
Saat semua duduk di ruang tengah sambil ngobrol-ngobrol, Aufa tetep minta peluk. Pegangannya tetep kenceng. Saya dulang serabi yang biasanya sangat dia suka, dia melepehnya. Dia ogah. Tak lama kemudian dia merengek minta keluar. Saya ajak keluar, dia nuntun jari tangan saya agar mengantarkan dia main. Saya ajak pulang, dia nggak mau. Baru mendekati rumah, dia merengek dan kemudian minta gendong.  Saya ajak menjauh dari rumah lagi, dia hepi ketawa-ketawa. Saya ajak pulang lagi, dia emoh lagi. Duuuh … emaknya ini yang jadi nggak enak hati. Masa didatengi saudara kok malah pergi.
Saat akhirnya pakdhe budhe dan sepupu-sepupunya pulang, Aufa jadi beda lagi. Saat mobilnya mulai keluar dari pintu gerbang perumahan, dia langsung ketawa-ketawa jerit-jerit hepi gitu. Berasa kayak plong, lega. Saya dan ayahnya jadi heran sendiri lihat Aufa. Tapi saat masuk ke dalam rumah dan melihat masih ada satu kakak sepupunya yang memang sengaja nginep di rumah selama seminggu buat ngisi liburan kenaikan kelas, Aufa jadi balik rewel lagi. Dan sampai hari ini, reweeeeeel terus bawaannya. Maunya ngajak pergi main terus ke luar rumah sambil digendong. Kalau saya tinggal kerja, kata ayahnya, Aufa nggak pernah mau lepas dari ayahnya. Maunya ikut ke mana-mana ayahnya pergi. Ditinggal ke kamar mandi sebentar juga nggak mau. Melihat ada kakak sepupunya, dia jadi mewek. Dideketin kakak sepupunya, nangis kejer. Apalagi ditinggal berdua dengan kakak sepupunya di ruangan yang sama, huuffftt … heboh nangisnya. Kakaaak … Kakak! Ayahnya bilang (dan saya juga setuju), Aufa nggak jenak di rumah. Sepertinya nggak jenak ada orang lain di rumah. Nggak nyaman.
Memang, selama ini di rumah mungil kami hanya ada tiga orang saja. Hanya saya, ayahnya, dan juga Aufa. Kami juga tidak ada asisten rumah tangga di rumah, semua pekerjaan rumah kami selesaikan berdua. Jadi memang dalam kesehariannya di rumah, Aufa hanya melihat ada saya dan ayahnya saja di dalam rumah. Sementara sejak beberapa hari ini, di dalam rumah bertambah orangnya, yaitu kakak sepupunya.
Kami juga tidak pernah mengurung Aufa di dalam rumah saja. Kami kasih kesempatan Aufa untuk main bersama teman-temannya. Pagi hari setelah dia mandi, biasanya dia sarapan di depan rumah sambil bermain dengan anak-anak kecil anaknya tetangga yang jumlahnya lumayan banyak. Siang hari dia juga main di teras depan rumah sambil melihat anak-anak yang sudah mulai besar, bermain di jalan depan rumah (dengan pintu pagar ditutup biar Aufa nggak kabur, soalnya jalan depan rumah panaaass). Sore hari sambil makan sore, saya ajak Aufa jalan-jalan sore di perumahan, makan sama-sama anak-anak kecil lainnya. Jadi, sosialisasi dengan orang-orang (baik anak-anak kecil maupun orang dewasa) di perumahan, tergolong sering. Ibaratnya, dari pagi hingga siang, dia ketemu dan berinteraksi dengan orang-orang. Tapi ya begitu, ini ada kakak sepupunya nginep di rumah, dia kok jadi rewel begini. Atau rewelnya ini bukan karena itu? Tapi karena hal lain? Tapi apa?
Moga-moga saja Kakak Aufa hanya sementara rewelnya. Kalau pun dia ternyata memang rewel karena nggak nyaman ada kakak sepupunya di rumah, semoga nanti kalau kakak sepupunya udah pulang, dia jadi anteng lagi. Bisa diajak kerja sama lagi buat disambi-sambi ngerjain kerjaan rumah. Soalnya selama Aufa rewel ini, kerjaan rumah kacau balau. Dia nggak mau disambi. Rumah jadi kayak kapal pecah! Duuuh …. :-(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar