Alhamdulillah, senangnyaaaaa Hari Raya Idul Adha kali ini bisa merayakan di kampung, tepatnya di rumah mertua. Idul Adha tahun kemarin, kami merayakannya di rumah aja, nggak pulang ke rumah mertua ataupun orang tua. Alhasil, syepiiiii …! Nggak ada apa-apa. Ada sih acara potong hewan kurban di perumahan tempat kami tinggal, dua ekor kambing kalau nggak salah inget. Tapi habis acara potong kambing, tetep aja sepi. Nggak ada yang bikin sibuk atau rame lainnya. Tapi, alhamdulillah Idul Adha tahun ini bisa pulang ke kampung.
Karena Salat Ied Idul Fitri kemarin, kami melaksanakannya di rumah orang tua saya di Kulonprogo, jadilah untuk Salat Ied Idul Adha ini kami melaksanakannya di rumah mertua saya di Wonogiri. Biar adil gitu loh. Masa’ setahun ada 2 kali Salat Ied, nggak dibagi. Hehehe ….
Kami berangkat ke Wonogiri hari Sabtu pagi menjelang siang dengan bermotor ria. Asyiiiikkk … udaranya lagi sejuk. Soalnya sejak pagi sampai siang pas kami nyampai rumah mertua, langit diliputi mendung terus. Jadinya adem gitu, nggak berpanas-panas ria di jalanan. Suami jadinya juga nggak kepayahan. Puasa arafahnya jadi nggak berat, nggak kehausan gitu loh. :-) Motorannya juga nyantai, nggak ngebut. Secara, saya lagi hamil 7 bulan, kandungan saya nggak boleh kena goncangan keras. Apalagi kami naik sepeda motor untuk menempuh perjalanan selama 2 jam naik turun gunung dan juga lewat jalan yang berkelok-kelok. Sekitar 2 jam setelah kami nyampai di rumah mertua, hujan turun dengan derasnya. Alhamdulillah … kami nggak kehujanan di jalan.
Pada Idul Adha kali ini, mesjid dusun tempat mertua saya tinggal, menyembelih seekor sapi dan dua ekor kamping. Seekor sapi dan beberapa ekor kambing lainnya dikasih ke daerah lain yang membutuhkan. Untuk ukuran sebuah dusun yang hanya terdiri dari 2 RT, 2 ekor sapi dan beberapa ekor kamping tentu sangat banyak. Apalagi jumlah warga di kedua RT itu nggak banyak-banyak amat. Daripada kelebihan daging, lebih baik seekor sapi dan beberapa ekor kambing lainnya diberikan ke daerah lain yang membutuhkan. Toh, setelah seekor sapi dan dua ekor kambing itu disembelih, trus dagingnya dibagi rata ke semua warga di kedua RT, jatah daging yang diperoleh masing-masing keluarga udah buanyaaak.
Alhamdulillah lagi, Idul Adha tahun ini saya dan suami jadi bisa makan daging sapi. Hohoho … melas banget. Hehehe … soalnya, Idul Adha tahun kemarin, kami dapet daging kambing aja. Padahal, saya dan suami nggak makan daging kambing. Yasud, akhirnya tahun kemarin, daging kambingnya kami kasih ke tetangga aja. Hiks … hiks … jadi nggak makan daging kurban deh. Tapi tahun ini, yeeeee … bisa makan daging sapi! *norak banget*
Minggu sore pas mau balik ke Kartasura, ibu mertua ngasih lauk serundeng daging sapi buat dimakan di rumah. Sebenernya mau dibawain juga daging sapi mentah buat saya masak sendiri di rumah. Tapi suami emoh, nggak mau repot-repot bawa. Lagian pas kami mau pulang, hujan udah turun dengan derasnya. Suami ogah bawa-bawa daging di cantolan sepeda motor sambil hujan-hujanan. Udah gitu, barang bawaan kami yang lain udah banyak. Khawatir nanti malah merepotkan perjalanan kami.
Huufftt …!! Tak apalah. Meskipun cuma punya dikiiiit banget daging sapi yang udah dimasak serundeng, tapi paling nggak, kami bisa mencicipi daging kurban. Hehehe …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar