Rabu, 16 Mei 2012

Memerah ASI dan Terus Memerah ASI


Sebetulnya, saat saya menulis ini, hati saya sedang dilanda galau yang entah disebabkan oleh apa. Jiaaaahhh … galau? Kayak anak muda aja. Tapi, kan saya emang masih muda. Baru juga punya anak satu gitu loh. Hehehe … Hmm, entah kenapa ini, pikiran serasa bunek, suntuk. Tapi, nggak ngerti karena apa. Hmm … apa karena saya lagi dapet siklus? (hmmm … untuk yang satu ini, ternyata nggak semua ibu yang habis selesai nifas dan tetep menyusui, akan mendapatkan siklus wanita setelah beberapa bulan kemudian yaaa? hehe …). Dan daripada makin bunek, marilah menulis saja. Barangkali bisa menghilangkan penat, semogaaaaaaa!! Aamiin … :-D
Terus berjuaaaanggg!! Terus semangaaaattt!!! Itu yang terus saya kobarkan dalam dada. Yups … terus berjuang dan terus semangat merah, merah, merah, dan merah ASI. Sebagai working mother, mau tak mau, saya mesti rajin memerah ASI buat baby di rumah (hiks … sambil nulis, sambil tetep ngerasa sedih).
Sampai detik ini, saya dan suami masih terus menjalankan komitmen untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayi kami. Sekarang, saya baru sampai di pertengahan perjalanan, baru dapat 3,5 bulan. Masih ada 2,5 bulan lagi. Dan setelah itu, masih ada kelanjutan lagi sampai anak kami berusia 2 tahun. Hmmm … perjalanan masih panjang, ya?
Sejak semingguan terakhir ini, ternyata kebutuhan ASI perah buat Aufa makin banyak aja. Kalau biasanya, Aufa paling banter habis 300 ml selama 7 jam saya tinggal kerja, sejak semingguan lalu, Aufa habis 400 ml ASI perah. Huhuhu … padahal, hasil perahan saya enggak nyampai segitu. Trus, ini gimanaaaaa??? Sediiiih nian.
Selama sehari semalam, paling banter saya bisa memerah 300 ml. Hiks … dikiiiit banget deh. Urutan merahnya, habis bangun tidur, paling saya bisa memerah 100 ml. Kadang bisa dapet 120 ml. Terus, sekitar jam 10.30 atau jam 11, saya merah di kantor dan bisa dapet 100 ml. Sore habis asar, kadang saya merah di kantor lagi, dan dapet sekitar 40 ml (itu hasil 3 jam nandon loh sejak jam 12.30 siang, dikiiit banget hasilnya). Kalau nggak sempat merah, saya baru merah pas udah sampai rumah sekitar jam 5 sore. Hasilnya sekitar 50 ml atau 60 ml. Subhanallah … meskipun sedikit, tetap disyukuri. :-) Terus, nanti sekitar jam 10 malam, saya merah lagi. Hasilnya dapet sekitar 40 ml. Kadang malah cuma dapet 30 ml. Huhuhuuuu … dikitnyaaa. Tapi, teteeep saya syukuri. Itu kan pemberian dari Allah. Dan seberapapun pemberian itu, tetap saya syukuri.
Di tengah-tengah hasil perahan yang sedikit itu, saya sempat dilanda kekhawatiran kalau-kalau nanti nggak bisa memberikan ASI eksklusif dan kemudian dilanjut hingga 2 tahun. Tapi, saya cepat-cepat membuang kekhawatiran itu. Dan alhamdulillah, suami saya tak bosan-bosan memberikan support bahwa saya akan bisa menyelesaikan misi kami memberikan hak ASI pada anak kami. Alhamdulillah ya Allah …
Melihat hasil perahan saya yang MASIH sedikit itu, saya kemudian semakin bertekad untuk mendisiplinkan diri memerah setiap 2,5 jam sekali. Katanya sih yang bagus setiap 2 jam sekali ya? Tapi, sepertinya melihat waktu kerja saya, kayaknya agak sulit. Ya sudahlah, selama di kantor, saya cuma bisa 2 kali merah. Setelah di rumah kembali, saya disiplinkan setiap 2,5 jam sekali untuk memerah ASI.  Saya mencoba menerapkan dan berharap setelah 14 hari mendisplinkan itu, hasil perahan ASI saya akan semakin banyak. Kata teorinya begitu kan ya? Tubuh memerlukan waktu penyesuaian untuk meningkatkan produksi ASI setelah 7 hingga 14 hari disiplin memerah setiap 2 jam sekali.
Saya juga menerapkan untuk tidak berkecil hati melihat hasil perahan sementara. Mau hasilnya baru 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml, atau berapapun, tidak akan saya lihat. Yang terpenting adalah terus memerah dan memerah. Karena emang bener ya kalau kita melihat hasil perahan kita ternyata sedikit, itu akan membuat sedih dan menurunkan semangat pumping. Dan akibatnya, hasil perahan berikutnya dan berikutnya lagi, akan terus sedikit. Hmm … baiklah, tutup mata saja kalau begitu. Hehehe … :-)
Tapiii … yang namanya semangat, kadang emang naik dan kadang turun. Semangat disiplin 2,5 jam itu kadang kendur juga. Di rumah, kadang saya juga baru memerah setelah 3 jam. Itu artinya, saya telat 30 menit. Dan pada malam hari, saya nggak memerah. Kadang cuma sekali aja sekitar jam 10 malam. Habis jam 10 malam, saya tidur dan baru memerah esok paginya. Huhuhu … ini nih yang saya masih bandel nggak disiplin-disiplin juga. Dan habis bangun tidur itu, payudara yang saya perah cuma satu aja. Soalnya, yang satu udah dihisap Aufa kalau bangun malam. Secara, Aufa masih sering bangun malam minta nenen, bisa sampai 3 kali hingga 4 kali bangun.
Terus lagi, kalau pikiran lagi suntuk kayak sekarang, hasil perahannya juga nggak banyak. Hasil perahan saya siang ini cuma dapet sekitar 80 ml. Dikit banget ya? Tadi pagi dapet 100 ml. Enggak tahu ntar habis ini dapet berapa ml. Semoga dapet buanyaaaaakkkk! Aamiin … :-D
Hmm … betuuuul sekali, kalau pikiran ibu menyusui lagi suntuk atau lagi sedih, itu sangat berpengaruh pada hasil perahan. Hasilnya sedikit. Meskipun udah ditampung berjam-jam, hasilnya teteeeep sedikit. Tapi, kalau pikiran lagi happy, hasil perahannya buanyak. Hhfft … kalau dipikir-pikir, udah tahu teorinya, tapi pada praktiknya tetep susah juga ternyata. Susah menata hati dan pikiran biar tetep happy terus.
Sebagai penyemangat dan juga pemancing biar hasil perahan ASI saya semakin banyak, saya membeli lagi botol ASI. Kalau kemarin punya 16 botol ASI plus 1 botol bekas You C 1000, sekarang ada tambahan 10 botol ASI lagi. Jadi, totalnya ada 27 botol yang siap untuk diisi. Tapi sampai saat ini, paling banter saya baru bisa mengisi 15 botol. Kadang 10 botol, 11 botol, 12 botol, 13 botol, atau 14 botol. Belum pernah memecahkan rekor mengisi 16 botol nih. #meskipun nggak boleh iri, tapi kok saya tetep iri ya ngelihat ibu-ibu yang hasil perahan ASInya buanyak banget itu?#
Ya Allah … berilah hamba-Mu ini ASI yang melimpah agar hamba bisa memberikan ASI kepada anak hamba dengan baik. Anugerahilah hamba-Mu ini dengan ASI yang banyak, ya Rabb. Dengan doa hamba yang teramat sederhana ini, semoga Engkau mengabulkan. Aamiin … :-)




1 komentar:

  1. perahnya pake tangan atau breastpump mbak ??? sy jg lg galau ni

    BalasHapus