Kamis, 17 Mei 2012

Tanggal Merah Tapi (Tetep) Kerja




Hari ini adalah hari males ngantor. Gimana nggak males ngantor kalau hari ini adalah tanggal merah. Tapi, as like usually dimana peraturan di kantor saya menyebutkan bahwa kantor tidak meliburkan karyawannya jika tanggal merah pada kalender bukan hari libur bagi muslim, maka hari ini saya mesti masuk kantor. Sejak kemarin, bawaannya udah males aja kalau hari ini mesti masuk. Tapi, apalah daya, peraturan is peraturan. :-(


Tadi pagi pas berangkat kerja, selama di perjalanan, saya melihat banyak keluarga seperti boyongan aja. Persis kayak Lebaran. Bawa semua anggota keluarga, bawa banyak barang di kendaraan mereka. Ada yang berkendara sepeda motor dan ada pula yang bermobil ria. Melihatnya, saya cuma bisa gigit jari dengan tampang mupeng. :-(

Hmm … sebenarnya, jikalau hari ini saya nggak masuk kantor, saya dan suami tidak berencana bepergian jauh, ke rumah orang tua kami, misalnya. Saya hanya ingin berkumpul dengan suami dan bayi saya di rumah. Bisa neneni bayi saya sepuasnya, juga bisa pumping buat nambah stok ASI perah. Maklum, stok ASI perah di freezer saya mulai menipis. Tadi pagi hanya ada 12 botol berisi masing-masing 100 ml ASI perah. Dan sampai siang hari ini, ternyata Aufa sudah habis 250 ml alias 3,5 botol. Huhuhu … semoga nggak kehabisan stok.

Sejak pagi hingga siang ini, saya baru memerah 200 ml. Hiks … itu artinya, saya punya “utang” 50 ml. Itu artinya lagi, saya mesti membayar “utang” itu dengan HARUS memerah, memerah, dan memerah. Sampai nanti sore saat saya pulang kantor, bisa jadi Aufa menghabiskan 4 botol seperti biasanya. Bisa juga malah lebih. Dan artinya lagi? Hmmm … sudah pasti, HARUS lebih giat lagi memerah.

Selain soal perah-memerah, jikalau saya nggak masuk kantor hari ini, itu akan sangat meringankan suami saya yang notabene jadi babysitter bayi saya selama ini. Tadi malam sepulang kerja, suami saya ada acara hingga tadi pagi. Semalam hanya bisa tidur sekitar satu jam. Sesampainya tadi pagi di rumah, suami seperti biasanya membantu kerjaan saya.

Sebagai konsekuensi malam hari hanya bisa tidur sekitar satu jam saja, tentu saja siang harinya bakal ngantuk berat. Tadi saat pulang pas istirahat siang, kasihaaaan sekali. Matanya udah nggak bisa melek. Sementara kalau siang-siang begini, Aufa biasa minta gendong dan minta jalan-jalan di sekitar rumah, juga ngajak main. Kalau cuma rebahan aja, Aufa paling nggak betah. Dia bakal nangis dan rewel. Maunya digendong terus. Gimana nggak kasihan coba kalau begini? Nggendong dan ngajak jalan-jalan bayi berumur 3,5 bulan ke mana-mana, nenangin baby rewel. Duuuh … betapa kasihannya. Padahal, nanti sore sepulang saya dari kantor, giliran suami yang harus berangkat kerja sampai nanti jam 11 malam. Hiks … kasihaaaaaaan. :-(

Huhuhu … tapi, tak ada gunanya pula ya berandai-andai dan berjika-jika? Kenyataannya begini ya harus begini. Hmm … #berharap keajaiban kantor memulangkan karyawan lebih awal#


Tidak ada komentar:

Posting Komentar