Kamis, 03 Mei 2012

Siapa Bilang Anak Bunda Anak Hewan?


Suatu malam saat bayi kami yang kini berusia 3 bulan telah terlelap dalam tidurnya, saya dan suami terlibat diskusi seru. Malam itu, bahan yang kami diskusikan adalah seputar pemberian ASI dan juga maraknya iklan-iklan susu formula di media. Sebagai orang tua baru, kami memang sering berdiskusi mengenai seni parenting dan berbagai hal lainnya tentang pengasuhan anak. Maklum, kami belum berpengalaman. Jadilah kami sering terlibat diskusi.

Apa yang kami diskusikan itu, ternyata mirip dengan sebuah berita di sebuah situs. Dalam berita yang diberi judul Pemahaman Ibu Menyusui Masih Rendah itu, Ibu Utami Rusli yang saat ini menjadi Ketua Umum Sentra Laktasi Indonesia menuturkan bahwa banyak ibu tidak memberikan ASI dengan benar karena tidak tahu manfaatnya.
Tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Kondisi ini terjadi di semua daerah dan kelompok ekonomi masyarakat. Rendahnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya informasi susu formula, membuat masa depan banyak anak Indonesia dikorbankan. Berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2010, hanya 15,3 persen bayi berumur kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Makin tinggi kondisi ekonomi keluarga, makin rendah tingkat pemberian ASI eksklusif. Tingkat pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat pada kelompok keluarga termiskin sebesar 34,7 persen.
Nah, apa yang malam itu kami diskusikan, sangat mirip dengan isi berita itu. Dari pengamatan kami berdua di lingkungan sekitar kami saja, kami benar-benar melihat bagaimana efek dari maraknya iklan-iklan susu formula di media massa (termasuk media massa dimana suami saya sendiri bekerja). Tak diragukan dan tak perlu diperdebatkan lagi bagaimana kandungan gizi dalam ASI. Bagaimanapun, kandungan gizi dalam ASI tidak akan mampu ditandingi dengan berbagai macam merek susu formula. Semahal apapun harga susu formula tersebut. Kalau memang demikian, kenapa para orang tua (para ayah dan para ibu) mesti repot-repot mengeluarkan uang demi membeli susu formula yang mana kandungan gizinya tidak ada apa-apanya dibanding ASI? Kan ada susu kualitas nomer wahid ada dalam payudara para ibu? Tak usah membeli, tak usah mengeluarkan uang. Dan ini nih yang terang-terang menjadi tanda efek dari iklan-iklan susu formula.
Iklan susu formula tersebar di mana-mana. Bisa kita lihat di televisi misalnya, dalam satu jam acara, coba hitung ada berapa kali iklan susu formula. Sementara, kehebatan ASI yang merupakan susu kualitas nomer wahid, tak ada iklannya. Ini jelas timpang. Pantas saja jika kemudian banyak orang tua yang tidak paham tentang manfaat ASI. Ditambah lagi, banyak orang tua yang malas mencari informasi tentang ASI. Sehingga para orang tua ini lantas tergiur untuk membeli susu formula yang banyak diiklankan. Tinggal pilih saja mana merek yang akan dibeli.
Memang, kami berdua menyadari bagaimana susahnya ikut mengedukasi tentang manfaat ASI atau kampanye ASI, terutama kampanye pemberian ASI eksklusif. Terutama sekali karena kami berdua adalah orang awam, bukan orang yang berprofesi di dunia medis. Orang tentu susah percaya dengan perkataan orang-orang seperti kami. Masalah ini pun menjadi sensitif, karena tak sedikit orang tua yang tidak memberikan anaknya ASI eksklusif, kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI, dan menyempurnakan penyusuan hingga umur anak 2 tahun. Tak sedikit orang tua yang memberikan susu formula sejak bayi-bayi mereka lahir. Atau ada juga yang menggabung memberikan ASI tapi juga sekaligus susu formula. Para orang tua seperti ini jika kemudian disinggung tentang pemberian ASI, terutama ASI eksklusif, biasanya akan sensitif dan kemudian bisa tersinggung.
Saya paham dengan para ibu yang memiliki permasalahan kesehatan atau ternyata ASInya benar-benar mampet. Sehingga dengan terpaksa, mereka memberikan susu formula kepada bayi-bayi mereka. Itu adalah kondisi darurat, dan saya memahami itu.  Tapi, lain hal jika ASI si ibu keluar, dan bahkan berlimpah, tapi kemudian si bayi tidak diberi ASI eksklusif selama 6 bulan. Dan pemberian ASI pun juga tidak disempurnakan hingga 2 tahun. Jujur saja saya sedih jika tahu ada orang tua yang begini. ASI banyak diproduksi, tapi tidak diberikan kepada bayi. Saat si ibu kembali bekerja, si ibu lebih memilih memberikan susu formula dan meninggalkan pemberian susu nomer wahid untuk bayi-bayi mereka selama ditinggal kerja. Duuuuh … ibu! Dengan alasan malas atau tak sempat memerah, mereka memilih untuk memberikan susu formula saja.
Makhluk mamalia dianugerahi susu untuk disusukan kepada bayi-bayinya. Bayi-bayi kuda mendapatkan susu dari ibunya, si kuda. Bayi-bayi kambing mendapatkan susu dari ibunya, si kambing. Bayi-bayi onta mendapatkan susu dari ibunya, si onta. Bayi-bayi sapi mendapatkan susu dari ibunya, si sapi. Bayi-bayi monyet mendapatkan susu dari ibunya, si monyet. Semua bayi itu yang notabene berbeda jenis itu, mendapatkan susu dari jenisnya sendiri. Jika semisal susu si kambing habis, si kambing tak lantas meminta si kuda untuk menyusui anaknya. Susu yang cocok untuk bayi onta ya susu onta, susu yang cocok untuk bayi kambing ya susu kambing. Begitu juga dengan manusia, susu yang cocok untuk bayi manusia ya susu manusia.
Jadi, jika kemudian bayi manusia diberi susu yang dihasilkan hewan, semisal sapi, tentu ini tidak cocok. Bahkan, ASI yang dihasilkan oleh perempuan yang bukan ibu kandung si bayi, juga tidak cocok dengan bayi tersebut. Meskipun ASI tersebut tidak memiliki efek negatif bagi bayi yang mengonsumsinya. Dengan begitu artinya, bayi kita ya hanya cocok dengan ASI yang kita hasilkan sendiri.
Ketika ada para orang tua yang tidak berkenan atau bahkan mungkin tersinggung dengan kenyataan tersebut di atas, ya sudahlah. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Toh, memangnya apa yang mau saya lakukan? Tidak ada. Saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Bahwa susu yang cocok untuk bayi kambing ya susu yang dihasilkan kambing, susu yang cocok bagi bayi onta ya susu yang dihasilkan onta, susu yang cocok bagi bayi monyet ya susu yang dihasilkan monyet, susu yang cocok bagi bayi sapi ya susu yang dihasilkan sapi, susu yang cocok bagi manusia ya susu yang dihasilkan manusia.
Para orang tua yang tidak berkenan dengan kenyataan di atas, mungkin berpikiran bahwa anak-anak mereka disamakan dengan anak binatang, yaitu anak sapi. Sebab, anak-anak mereka selama ini mengonsumsi susu sapi. Padahal, tidak ada orang yang sangat mencintai anak-anak, mengecap anak-anak sebagai anak hewan karena anak-anak itu mengonsumsi susu yang dihasilkan hewan. Saya sebagai orang yang masih belajar, juga sama sekali belum bijaksana ini, mengajak para orang tua untuk saling membuka pikiran kita. Ibu … Bapak … tidak ada yang mengecap anak Bapak dan Ibu sebagai anak hewan.
Sebagai orang yang sedang belajar menjadi orang tua, saya dan suami belum memiliki banyak pengalaman dan juga ilmu. Dan pada diskusi malam itu, suami saya bilang bahwa yang bisa kami lakukan adalah mengatakan manfaat ASI. Tidak menyuruh para orang tua. Sebab, para orang tua yang notabene sudah dewasa itu tentu tidak mau disuruh-suruh, apalagi digurui. Saat sedang terlibat dalam diskusi kemudian kita mengutarakan tentang manfaat ASI, tapi kemudian teman-teman kita yang juga telah menjadi orang tua, menolak apa yang kita utarakan, ya sudah. Biarkan mereka mencari ilmu sendiri agar nanti tercerahkan sendiri.
Menyitir apa yang dikatakan Ibu Rachmadhani selaku Konselor Laktasi dan Ketua AIMI Jawa Tengah, mengkritik langsung pendapat mereka, mungkin bisa menyinggung perasaan mereka dan menjauhkan kita dari mereka. Menerima pendapat mereka, bukan menyetujui, mungkin bisa memberikan suasana yang lebih netral. Sharing artikel-artikel tentang ASI juga bisa dicoba untuk membuka wawasan mereka. Dengan berjalannya waktu, saat anak kita terbukti sehat, teman-teman kita akhirnya akan mengakui bahwa pilihan kita tepat. Yups!!! Dan kami menerapkan hal itu.
Semoga di kemudian hari, kami tidak salah ucap. Maksud baik kami tidak disalahartikan. Toh, ada banyak sekali kejadian dimana maksud baik belum tentu diterima dengan baik pula. Karena ya begitu … ini adalah hal yang sensitif. Para orang tua amat sangat mudah sensi jika berbicara soal ASI maupun susu formula. :-)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar