Hari ini, saya dan suami saya berucap syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah, amat sangat Pemurah kepada kami, makhluk-Nya. Betapa tidak? Allah tak pernah meninggalkan kami (dan tentu saja makhluk Allah yang lain).
Ceritanya, ini kan udah akhir bulan. Seperti yang biasa terjadi pada banyak rumah tangga lain atau juga orang-orang lainnya, akhir bulan seperti ini, isi dompet mulai menipis. Hanya tinggal beberapa lembar saja yang tersisa, itu pun nominalnya nggak besar. Mending kalau tinggal beberapa lembar yang lembarannya berwarna merah. Hihihihi …
Karena akhir bulan itulah, penyakit kanker alias kantong kering (juga dompetnya yang kering) mulai melanda saya dan suami. Kemarin pagi, saya dan suami duduk bareng. Kami membuka dompet masing-masing dan menghitung isinya. Tarrraaa … isinya berapa, ya? Hehehe ….
Hmm … suami saya gajiannya masih Senin sore besok. Sementara, kemarin kan masih hari Kamis. Ting tang ting tang … masih empat hari gajiannya. Dan di saat krisis seperti sekarang ini, ternyata ada saja kebutuhan mendadak. Deng dong … kami pun mulai berpikir, siasat apa yang mesti kami lakukan agar krisis ini tidak semakin parah.
Siangnya, suami saya bilang, “ Udah, Ayang, yakin deh ntar pasi bakal ada rezeki buat kita.” Saya bilang, “Iya, Allah kan Maha Kaya, ya Yang? Tapi, rezekinya kira-kira dari mana, ya?” Saya agak ragu dengan kata-kata suami saya. Padahal kan nggak seharusnya ragu, ya? Kan Allah sangat amat kaya, Allah Maha kaya. Tapi … begitulah. Manusiawi kali, ya saya? ^_^
Suami saya bilang, “Ya, nggak tahu. Tapi, diyakini aja. Ntar juga ada rezeki buat kita.” Saya pun bilang, “Amiiiiin ya rabbal’alamin.” Semoga Allah menghilangkan kesempitan kami.
Sorenya, ketika saya pulang kerja, ternyata suami saya membeli sesuatu kebutuhan rumah. Lah … padahal tadi kan uang di dompet suami saya nggak banyak. Ntar gimana? Kan suami saya kerja lembur, pulangnya sampai larut malam. Masak bawa uang dikit? Ntar kalau ada apa-apa gimana? Saya pun segera mengirim sms kepada suami saya. Dalam sms, suami saya menjawab, “Tenang, Ayang, di sini banyak rezeki. Yakin, deh.” Tetep aja saya ketar-ketir. Gimana kalau ternyata duitnya nggak cukup? Tapi, ya udahlah. Saya pasrah, semoga duitnya emang bener-bener cukup.
Seperti biasanya, suami saya pulang larut malem. Malah lebih larut dari biasanya. Suami saya baru sampai rumah jam 2 kurang. Hhh … sempet bikin deg-degan. Soalnya akhir-akhir ini kalau piket, suami saya pulangnya jam 1 malem atau paling lambat jam setengah 2 malem. Nggak biasa-biasanya pulang lebih dari jam setengah 2 malem. Yaaa … namanya juga istri. Hehehe ….
Dan tadi pagi, suami saya bilang, “Ayang, di dompet ada uang. Tadi malem dikasih uang. Oya, tadi malem juga ditraktir makan malem.” Saya kaget, “Uangnya dari siapa, Ayang?”
Alhamdulillahirabbil’alamin … saya buka dompet suami saya. Suami saya cerita siapa yang ngasih uang dan siapa yang mentraktir makan malem. Dan nggak cuma itu, tadi suami saya mendapatkan kiriman pulsa yang nilainya bikin saya dan suami bilang “alhamdulillahirabbil’alamin”. Entah siapa pengirimnya, karena suami saya ataupun saya nggak memesan pulsa.
Hmm … kata-kata suami saya siang kemarin bener-bener terjadi. Trus, kenapa ya kemarin saya meragukannya? Maaf, ya, Cinta? Dan Allah memang bener-bener memperhatikan obrolan saya dan suami kemarin pagi, juga kemarin siang. Kalau kita yakin, Allah pasti akan memberi jalan. Entah lewat mana atau melalui siapa. Yang jelas, Allah pasti nggak akan meninggalkan kita, makhluk-Nya.
Ya Allah … berkahilah orang-orang yang menjadi jalan dari-Mu memberi rezeki buat kami. Mudahkanlah urusannya, berkahilah hidupnya, berilah mereka kesehatan yang prima, semakin mudahkanlah pula mereka menjemput rezeki dari-Mu. Terima kasih juga, ya Rabb … Kau tidak pernah meninggalkan kami. Kau hilangkan kesempitan yang mendatangi kami. Sungguh, sangat besar karunia-Mu untuk kami. Dan sungguh, Kau Maha Kaya, Ya Allah …
Amin ya rabbal’alamin ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar