Sabtu pagi kemarin, sebuah kejutan besar datang untuk kami berdua. Sebuah kabar yang datang di saat-saat yang tidak kami duga. Sebab, di bulan-bulan terakhir ini, kami sedang santai-santainya menikmati hidup. Kami sedang happy-happy-nya menikmati hidup kami berdua. Tidak terlalu memikirkan kapan hamil dan punya anak. Dan di saat-saat happy itu, Allah mendatangkan kabar bahagia sehingga bertambahlah kebahagiaan kami berdua. Saya hamil, ada calon janin yang sedang bertumbuh di rahim saya.
Tentu saja, meskipun sebelum-sebelumnya kami tidak terlalu memikirkan, tapi ketika kami mendapat kabar ini, kami bahagia bukan main. Bagaimanapun juga, kehadiran jabang bayi di antara kami mendatangkan kebahagiaan besar. Siapa juga pasangan suami istri yang nggak menginginkan anak? Iya, kan?
Sebenarnya, sejak beberapa hari sebelum kami tahu bahwa saya hamil, saya dan suami sudah menduga. Hari Kamis dan Jumat, saya bilang kepada suami saya kalau saya merasa mual terus. Suami bilang, semoga mual-mualnya karena kami akan mendapatkan momongan. Tapi, kami tidak mau GR, takutnya kepedean dan nantinya kecewa kalau ternyata dugaan kami salah.
Seperti beberapa hari lalu saat saya menulis, saya merasa sepertinya maag saya kambuh. Perut saya setiap hari serasa mual. Tapi anehnya, mual saya hilang begitu saya makan di Mc Donalds. Begitu juga Jumat pagi kemarin, saat bangun tidur, saya menggebu-gebu ingin makan gado-gado. Tapi karena pagi-pagi begitu belum ada warung gado-gado yang buka, akhirnya saya memilih pecel dan bakwan panas sebagai sarapan saya. Dan anehnya lagi, saya cuma mau pecel dan bakwan panas di depan kantor saya. Saya nggak mau pecel dan bakwan panas lainnya. Itu tentu berbeda dengan kebiasaan saya sehari-hari.
Untuk memastikan dugaan kami benar atau salah, Sabtu pagi setelah bangun tidur, saya melakukan uji kehamilan sendiri. Saya deg-degan saat melakukan uji kehamilan itu, positif ... negatif ... positif ... negatif ... Huuuffftt! Mata saya menatap lekat-lekat alat uji tes kehamilan itu. Satu garis merah muncul. Saya bertambah deg-degan. Cairan urine masih merambat ke atas. Dan pelan-pelan, satu lagi garis merah mulai terlihat. Hati saya langsung terlonjat setelah semakin lama, garis merah yang kedua semakin jelas terlihat. Secara otomatis, saya menjerit memanggil suami saya. Dengan berlari-lari kecil, saya keluar dari kamar mandi mencari suami saya yang ternyata sudah Shalat Subuh duluan. Saat saya menjerit, suami saya sedang menyelesaikan doanya. Karena kaget mendengar jeritan saya, suami saya langsung menyelesaikan doanya. ”Ayang ... lihat ini, dua garis merah!” kata saya sambil menunjukkan alat tes kehamilan itu. Saya ingin menangis. Suami saya mengucap hamdalah berkali-kali dan bersujud sedalam-dalamnya mengucap syukur. Tak sabar, suami saya segera mengambil alat uji kehamilan dari tangan saya. Dengan mata berbinar-binar, suami memeluk saya. ”Alhamdulillah ... alhamdulillah ...,” katanya.
Karena masih belum percaya, sekitar jam 6.30 pagi kami pergi ke klinik persalinan yang ada di dekat rumah. Bidan yang ada di sana sekali lagi melakukan tes kehamilan saya. Hasilnya, alhamdulillah tetap dua garis merah. Usia kehamilan saya diperkirakan sudah lima minggu. Saya minta di-USG untuk memastikan lagi. Tapi sayangnya, sang bidan tidak memiliki kemampuan untuk membaca USG dan meminta kami kembali ke sana hari Rabu untuk bertemu langsung dokter spesialis kandungan yang berpraktik di klinik tersebut. Tapi kami tidak mau menunggu. Menjelang siang, kami ke PKU Muhammadiyah Solo ke tempat praktik seorang dokter spesialis kandungan di sana. Dan alhamdulillah ... saat di-USG, di layar monitor terlihat ada kantung kehamilan meskipun ukurannya masih kecil. ”Alhamdulillah ... itu ada kantong kehamilannya. Iya, ini positif hamil. Selamat, ya?” begitu kata dokter tersebut sambil menunjukkan gambar pada layar monitor. Saya bertambah lega.
Akhirnya ... setelah menunggu selama 14 bulan, Allah menumbuhkan juga calon janin dalam rahim saya. Rasanya bahagiaaaaaa sekali. Sungguh sebuah kabar bahagia yang membuat hari-hari kami semakin indah dan berwarna. Dan tentu bukan kami berdua saja yang menunggu hadirnya jabang bayi di antara kami berdua. Tapi juga bapak ibu saya, bapak ibu mertua saya, adik saya, kakak-kakak saya, kakak-kakak ipar saya, juga keponakan-keponakan saya. Saat saya sampaikan kabar ini, mereka semua juga ikut gembira.
Terima kasih, ya Allah ... Kau menghadirkan kabar gembira untuk kami sekeluarga. Lancarkanlah kehamilan hamba ini, ya Rabb. Lancarkanlah hingga masa kelahiran nanti tiba. Mudahkanlah pula kehamilan hamba ini, ya Rabb. Izinkanlah kami berdua menjadi orang tua. Amin ya rabbal’alamin ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar