Minggu, 15 April 2012

Jangan Ajak Bayi Berkendara Sepeda Motor


Hari Sabtu, 14 April kemarin, saya dan suami untuk kali pertama pergi jauh mengajak bayi kami yang sekarang berusia 2,5 bulan. Kami pergi ke resepsi pernikahan teman kantor suami saya di daerah Simo Boyolali. Jaraknya tak terlalu jauh sekali. Meskipun yaaaaahhh … jauh sih (ini gimana sih, jauh atau enggak??). Jaraknya sekitar 25 km dari rumah. Lumayanlah … perjalanannya memakan waktu sekitar 1 jam naik sepeda motor.
Awalnya, suami berencana berangkat resepsi bareng-bareng rombongan kantornya bermobil ria pada hari Minggu, 15 April (karena sebenernya resepsinya hari Minggu itu). Tapi, karena hari Minggu ada banyak agenda lain menanti, akhirnya suami memutuskan untuk berangkat Sabtu. Hari Sabtu kemarin, sebenernya juga ada rombongan kantornya yang berangkat. Tapi suami tetap memilih nggak ikut romongan. Setelah dipikir-pikir, suami memutuskan berangkat sendiri naik motor saja. Tapiiii … setelah dipikir-pikir lagi, gimana kalau anak dan istrinya juga diajak? Hmmm … saya tentu oke. Namanya juga penghobi jalan-jalan, apalagi ke daerah baru yang belum pernah didatangi. Saya malah jadi yang paling bersemangat ikut. Karena mendadak, persiapannya pun juga mendadak. Wash wush wash wush … akhirnya persiapan selesai dalam 1 jam, termasuk mempersiapkan our baby.
Perjalanan ke Simo ini, kami harus melewati jalan yang menurut saya rusak. Banyak bolong sana-sini, bergelombang sana-sini pula. Karena belum tahu lokasinya, kami harus beberapa kali berhenti untuk bertanya pada orang-orang di mana alamat yang kami tuju itu. Selama perjalanan berangkat, bayi kami lebih banyak tidur di gendongan saya. Tentu saja, dia saya tutupi menggunakan selimut agar tidak kepanasan dan juga tidak banyak menghirup debu dan juga asap kendaraan. Setibanya di tempat resepsi, alhamdulillah bayi kami juga tidak rewel. Saya yang mempersiapkan satu botol dot ASI perah, ternyata juga cuma habis sedikit. Saya mempersiapkan ASI perah ini karena kami pergi ke tempat yang ada banyak orang. Khawatirnya, nanti di sana, saya nggak leluasa menyusui. Akhirnya, di rumah sebelum berangkat, saya memerah ASI dan saya wadahi dalam botol dot (hiks … sedihnya saya mengingat terpaksa memberikan dot pada bayi kami).
Saat perjalanan pulang, bayi kami malah benar-benar tertidur pulas sampai kami tiba di rumah. Nggak bangun sama sekali selama di perjalanan. Dia baru bangun, tak lama setelah beberapa saat kami sudah sampai di rumah. Alhamdulillah … Aufa nggak rewel diajak pergi jauh. Saya dan suami jadi berkesimpulan, bayi kami tak masalah jika kami ajak pergi jauh dengan menggunakan sepeda motor.
Sampai kemudian, hari Minggunya suami saya ada sebuah acara. Di tempat acara itu, suami mendapat kabar jika bayi salah satu temannya habis masuk rumah sakit karena mengalami radang di paru-parunya. Penyebabnya, si bayi yang berusia sekitar 5 bulan itu sering diajak bepergian jauh naik sepeda motor. Kemudian, sore harinya saat suami di kantor, teman kantornya juga bercerita kalau dulu saat anaknya masih bayi, sering diajak bepergian jauh naik sepeda motor. Akibatnya, si anak mengalami flek pada paru-parunya. Teman kantornya itu kemudian berpesan agar saya dan suami tidak mengajak bayi bepergian jauh naik sepeda motor. Kalau diajak pergi naik sepeda motor, diusahakan jangan jauh-jauh dan tidak sering.
Hmmm … saya dan suami jadi berpikir. Mungkin memang belum saatnya kami bepergian jauh mengajak si kecil bersepeda motor. Ya sudah lah … sebagai orang tua, kami nggak boleh egois. Pengin pergi ke sana ke sini dengan mengajak bayi. Tapi di sisi lain, kami mengorbankan kesehatan bayi kami. Intinya, kami harus bisa mengerem diri. Sekarang tentu berbeda dengan dulu sebelum kami punya anak. Dulu belum jadi orang tua, sekarang sudah berstatus sebagai orang tua. Dulu hanya mementingnya diri kami sendiri, sekarang ada anak yang jauh lebih penting.

1 komentar: