Ini, nih … lagi-lagi nggak ada fotonya. Kesel, deh! :-( Ini cerita sebenernya udah sekitar sebulan lalu, Januari 2011. Waktu itu temen suami menikah. Tempat resepsinya di rumah pengantin perempuan yang rumahnya di daerah Karangpandan yang notabene berhawa adem.
Seger banget udaranya. Pas nyampai sebelum Terminal Karangpandan, saya bilang sama suami saya coba aja tadi bawa kamera, bisa motret-motret, deh. Soalnya, pemandangannya asyik. Tapi, ya udah lah, namanya juga terlanjur nggak bawa kamera. Mau apa lagi? Hiks … hiks … :-(
Dan yang tambah bikin jengkel, setelah melewati Terminal Karangpandan, kami masuk ke jalanan aspal yang lebih kecil masuk ke perkampungan. Hmmm … sawah-sawahnya asyik banget. Waktu itu tanaman padinya menghijau semua. Trus suami saya bilang gini, “Ini enaknya tadi kita bawa kamera, ya Yang? Jadinya kita bisa foto-foto di sini, deh. Kan asyik nih pemandangannya”. Aaaaarrrrrghhhhh ...!!!!! Udah tahu istrinya lagi sewot gara-gara nggak bawa kamera, malah si doi bilang gitu. Mana suami saya sambil ketawa-ketiwi pula! Hhhhh … menjengkelkan!
Dan ini, nih puncak kejengkelan saya. Karena acaranya udah selesai pas tengah hari, suami saya ngajak sekalian jalan-jalan ke kebun teh di Kemuning. Mumpung jaraknya nggak jauh dari tempat resepsi. Bersama temen suami yang juga ngajak istrinya, kami berempat langsung cabut ke Kemuning.
Subhanallah … udaranya tambah suejuuukkk!! Udah gitu, pemandangannya juga hijau. Menyenangkan banget pokoknya. Beuuuhhh … tambah sebel aja, deh bawaannya. Dan suami saya tambah nggodain. “Ayang, enak kali ya kalau foto-foto di sini? Pemandangan kebun tehnya bagus banget, tuh! Asyik, ya?”, gitu katanya dengan wajah nggak ngerasa bersalah. Hua a a a a … tambah gedeg aja, deh hati saya. Ngeceeeeeeee banget! Tapi yaaaaaa … udah lah … dasar emang nasib lagi nggak mujur. Dapet suasana bagus, tapi nggak bawa alat buat mengabadikan kenangan. Hiks … hiks … Oke lah, semoga lain kali bisa ke sana lagi.
Waktu itu kami berempat makan di rumah makan lesehan di tengah-tengah kebun teh. Namanya apa, ya? Aduuuhh … saya lupa. Pokoknya di rumah makan itu juga ada fasilitas out bound, flying fox, taman bermain untuk anak-anak, dan juga kolam ikan. Waktu kami ke sana, banyak pengunjung yang juga datang ke rumah makan itu. Area permainan anak-anak juga ramai. Hanya aja waktu itu area flying fox-nya lagi tutup. Tapi kalaupun area flying fox-nya buka, saya juga tetep nggak bisa main, ding! Hhhh … :-(
Selain ada tempat duduk lesehan seperti halnya warung-warung lesehan pada umumnya, di sana juga ada semacam gazebo yang dibangun di atas rerimbunan pepohonan teh. Asyik banget. Kita jadi bisa makan sambil menikmati hijaunya kebun teh dan juga alam lereng Gunung Lawu di tengah udara yang sejuk. Kebun tehnya luaaasss!! Lereng bukit, atas bukit, lembah, semuanya teh dan teh. Warnanya hijau dan hijau. Sampai mirip kayak gundukan-gundukan hijau di film kartun Teletubbies. Cakeeeppp banget!
Tapi, untuk mendapatkan gazebo itu, kami berempat harus sabar. Soalnya pas kami sampai sana, ketiga gazebonya masih dipakai para pengunjung lain. Jadilah kami berempat menunggu mereka selesai makan dan ngobrol-ngobrol. Sambil nunggu, kami duduk ngobrol-ngobrol di salah satu sudut rumah makan lesehan itu. Mata kami berempat nggak lepas dari ketiga gazebo. :-)
Setelah melihat pengunjung di salah satu gazebo mulai beres-beres mau pergi, kami langsung lariiiiii ke arah gazebo itu. Hahahaha … norak banget! Habisnya, selain kami, ada beberapa kelompok pengunjung lain yang juga mengincar ketiga gazebo itu sebagai tempat untuk makan siang.
Alhamdulillah … akhirnya kami berhasil memenangkan salah satu gazebo. Jadinya kami bisa makan ikan bakar dan ikan goreng lengkap dengan sambal dan lalapannya di gazebo itu. Bisa menikmati indahnya alam pegunungan yang cakep dan udara yang sejuk banget dengan kebun teh di kanan kiri kami. Hujan yang tiba-tiba turun pas kami lagi makan, bikin udaranya tambah suejuukkkk!! Asyiiikk … makan sambil menikmati rintik-rintik air hujan yang turun di perkebunan teh.
Tapi, sayangnya gerimis masih turun ketika kami mau pulang. Terpaksa deh kami pakai jas hujan. Padahal tadinya pengen menikmati sejuknya udara pegunungan. Ya udah lah … kita nggak bisa nolak rezeki dari Allah. Sampai kami tiba di rumah satu jam kemudian, ternyata hujan masih terus mengguyur. Rupanya hujannya turun merata, nggak cuma di Kemuning aja. Alhamdulillah … masih bisa menikmati hujan yang turun, masih bisa menikmati alam pegunungan yang hijau dan sejuk. Mungkin ini juga jadi “rezeki” buat saya dan suami saya, soalnya kami ditraktir sama temen suami saya itu. Alhamdulillah … :-)
Seger banget udaranya. Pas nyampai sebelum Terminal Karangpandan, saya bilang sama suami saya coba aja tadi bawa kamera, bisa motret-motret, deh. Soalnya, pemandangannya asyik. Tapi, ya udah lah, namanya juga terlanjur nggak bawa kamera. Mau apa lagi? Hiks … hiks … :-(
Dan yang tambah bikin jengkel, setelah melewati Terminal Karangpandan, kami masuk ke jalanan aspal yang lebih kecil masuk ke perkampungan. Hmmm … sawah-sawahnya asyik banget. Waktu itu tanaman padinya menghijau semua. Trus suami saya bilang gini, “Ini enaknya tadi kita bawa kamera, ya Yang? Jadinya kita bisa foto-foto di sini, deh. Kan asyik nih pemandangannya”. Aaaaarrrrrghhhhh ...!!!!! Udah tahu istrinya lagi sewot gara-gara nggak bawa kamera, malah si doi bilang gitu. Mana suami saya sambil ketawa-ketiwi pula! Hhhhh … menjengkelkan!
Dan ini, nih puncak kejengkelan saya. Karena acaranya udah selesai pas tengah hari, suami saya ngajak sekalian jalan-jalan ke kebun teh di Kemuning. Mumpung jaraknya nggak jauh dari tempat resepsi. Bersama temen suami yang juga ngajak istrinya, kami berempat langsung cabut ke Kemuning.
Subhanallah … udaranya tambah suejuuukkk!! Udah gitu, pemandangannya juga hijau. Menyenangkan banget pokoknya. Beuuuhhh … tambah sebel aja, deh bawaannya. Dan suami saya tambah nggodain. “Ayang, enak kali ya kalau foto-foto di sini? Pemandangan kebun tehnya bagus banget, tuh! Asyik, ya?”, gitu katanya dengan wajah nggak ngerasa bersalah. Hua a a a a … tambah gedeg aja, deh hati saya. Ngeceeeeeeee banget! Tapi yaaaaaa … udah lah … dasar emang nasib lagi nggak mujur. Dapet suasana bagus, tapi nggak bawa alat buat mengabadikan kenangan. Hiks … hiks … Oke lah, semoga lain kali bisa ke sana lagi.
Waktu itu kami berempat makan di rumah makan lesehan di tengah-tengah kebun teh. Namanya apa, ya? Aduuuhh … saya lupa. Pokoknya di rumah makan itu juga ada fasilitas out bound, flying fox, taman bermain untuk anak-anak, dan juga kolam ikan. Waktu kami ke sana, banyak pengunjung yang juga datang ke rumah makan itu. Area permainan anak-anak juga ramai. Hanya aja waktu itu area flying fox-nya lagi tutup. Tapi kalaupun area flying fox-nya buka, saya juga tetep nggak bisa main, ding! Hhhh … :-(
Selain ada tempat duduk lesehan seperti halnya warung-warung lesehan pada umumnya, di sana juga ada semacam gazebo yang dibangun di atas rerimbunan pepohonan teh. Asyik banget. Kita jadi bisa makan sambil menikmati hijaunya kebun teh dan juga alam lereng Gunung Lawu di tengah udara yang sejuk. Kebun tehnya luaaasss!! Lereng bukit, atas bukit, lembah, semuanya teh dan teh. Warnanya hijau dan hijau. Sampai mirip kayak gundukan-gundukan hijau di film kartun Teletubbies. Cakeeeppp banget!
Tapi, untuk mendapatkan gazebo itu, kami berempat harus sabar. Soalnya pas kami sampai sana, ketiga gazebonya masih dipakai para pengunjung lain. Jadilah kami berempat menunggu mereka selesai makan dan ngobrol-ngobrol. Sambil nunggu, kami duduk ngobrol-ngobrol di salah satu sudut rumah makan lesehan itu. Mata kami berempat nggak lepas dari ketiga gazebo. :-)
Setelah melihat pengunjung di salah satu gazebo mulai beres-beres mau pergi, kami langsung lariiiiii ke arah gazebo itu. Hahahaha … norak banget! Habisnya, selain kami, ada beberapa kelompok pengunjung lain yang juga mengincar ketiga gazebo itu sebagai tempat untuk makan siang.
Alhamdulillah … akhirnya kami berhasil memenangkan salah satu gazebo. Jadinya kami bisa makan ikan bakar dan ikan goreng lengkap dengan sambal dan lalapannya di gazebo itu. Bisa menikmati indahnya alam pegunungan yang cakep dan udara yang sejuk banget dengan kebun teh di kanan kiri kami. Hujan yang tiba-tiba turun pas kami lagi makan, bikin udaranya tambah suejuukkkk!! Asyiiikk … makan sambil menikmati rintik-rintik air hujan yang turun di perkebunan teh.
Tapi, sayangnya gerimis masih turun ketika kami mau pulang. Terpaksa deh kami pakai jas hujan. Padahal tadinya pengen menikmati sejuknya udara pegunungan. Ya udah lah … kita nggak bisa nolak rezeki dari Allah. Sampai kami tiba di rumah satu jam kemudian, ternyata hujan masih terus mengguyur. Rupanya hujannya turun merata, nggak cuma di Kemuning aja. Alhamdulillah … masih bisa menikmati hujan yang turun, masih bisa menikmati alam pegunungan yang hijau dan sejuk. Mungkin ini juga jadi “rezeki” buat saya dan suami saya, soalnya kami ditraktir sama temen suami saya itu. Alhamdulillah … :-)
nama restorannya apa, sis?
BalasHapusaduh, saya lupa apa nama restorannya...sayang sekali ya? :-(
BalasHapus