Pagi yang tidak cerah. Untuk kali kesekian, aku berangkat kerja tidak sendirian. Ada suami tercinta yang setia mengantar. Tak cuma itu, setiap jam istirahat siang, seperti biasanya pangeran hati pasti akan menjemput. Makan siang bareng, kayak gitu kira-kira. Kadang makan di rumah dan kadang makan di luar di warung-warung dekat kantorku. Dan nanti sore saat aku pulang kerja, pangeran hatiku akan menjemput lagi.
Bisa dikatakan, setiap hari paling tidak dia enam kali bolak-balik mengantar jemput istrinya. Dia bilang, antar jemput itu sebagai ganti sedikitnya waktu kami bertemu. Kayak setrikaan aja, ya? ^_^ Padahal kalau dipikir-pikir, bolak-balik naik motor pastilah capek. Tapi dia seolah tak peduli. Ini namanya pacaran time katanya. Maklum, aku bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Sedangkan arjunaku berangkat kerja jam setengah 4 sore dan baru pulang kerja paling cepat jam 10 malam. Ini artinya, dari pagi sampai menjelang sore, suamiku ada di rumah sendirian. Sementara jam-jam segitu, aku bekerja di luar. Kayak main petak umpet. Kalau dia sedang piket kantor, pulangnya baru sekitar jam 1 atau 2 dinihari. Pas pulang, istrinya sudah pules boboknya, tak ada penyambutan untuk suami tercinta di pintu rumah … sedihnya suamiku ... :-(
Tanggal 28 bulan ini, usia pernikahan kami genap 9 bulan. Orang bilang sudah lama, tapi ada juga yang bilang masih baru. Entah masih baru atau sudah lama, kami berdua merasa bahwa kami masih pengantin baru. Rasanya baru saja kemarin dia melamar, trus berlanjut mengucapkan ikrar ijab qabul. Rasa sayang dan cinta juga masih menggebu-gebu seperti awal pernikahan. Kangen-kangenannya juga masih sama seperti awal-awal pernikahan dulu. Geloranya masih membara dan semoga akan terus membara seperti ini. (heuheuheu … ^_^)
Suamiku, sosok laki-laki yang bukan hanya sebagai suami. Tapi juga teman, kakak, bapak, kadang juga adik (ternyata kadang laki-laki juga manja ^_^) Tak hanya itu, suamiku juga partner kerjaku, teman diskusi yang asyik tentang banyak hal, partner bersih-bersih rumah, partner ngerjain pekerjaan rumah. Dan yang terakhir, suamiku adalah sopirku, ke mana-mana nganter. ^_^
Padahal sebenarnya ada dua kendaraan di rumah yang bisa aku gunakan sendiri buat ke mana-mana tanpa harus diantar jemput. Tapi, sejak aku jatuh sakit dan harus menjalani operasi pada bulan pertama pernikahan kami, dia tidak mengizinkan istrinya naik motor sendiri. Katanya, dia takut tiba-tiba pas di jalan, istrinya pusing, sakit, atau ngebut naik motor. Wal hasil, jadinya suamiku adalah sopirku. (aduh … masa’ sopir, sih?)
Awalnya, aku merasa tak nyaman ke mana-mana diantar. Maklum saja, sejak SMA terbiasa naik motor sendiri ke mana-mana. Dan sekarang ke mana-mana diantar jemput. Nunggu jemputan saat pulang kerja menjadi hal baru bagiku. Karena dia harus rapat listing di kantornya dulu sebelum menjemput pulang istrinya. Padahal dulu sebelum menikah, selesai jam kerja langsung pulang tanpa ada tunggu menunggu. Setelah delapan bulan diantar jemput setiap hari, rasanya kok aku jadi manja, ya? Maunya ke mana-mana diantar. Dulu yang awalnya lebih nyaman naik motor sendiri, sekarang jadi lebih nyaman kalau ke mana-mana diboncengin. Hmmm … mungkin karena terbiasa dimanjakan jadi bablas manja beneran kali, ya?
Pernah suatu kali aku bilang ke suami tentang hal ini. Dia bilang, “Memanjakan istri kan wajar. Nggak apa-apa, kan? Kan malah enak diboncengin daripada ke mana-mana naik motor sendiri.” Mendengar itu, aku membenarkan. Iya, sih, enak diboncengin daripada memboncengkan. Dulu sebelum menikah, aku jarang diboncengkan teman. Lebih sering memboncengkan teman kalau bepergian. Tapi memang mungkin roda harus berputar kali, ya? Dulu memboncengkan, dan sekarang berbalik jadi diboncengkan. (hehehe … kayak apaan aja)
Kata adikku, suamiku lebay. Waktu kubilang itu ke suamiku, dia ketawa. “Cuma memanjakan istri dibilang lebay?” tanya suamiku sambil tertawa. Kalau diingat-ingat, sebenarnya suamiku memang tidak berlebihan alias lebay. Namanya juga suami istri, pasti saling mengungkapkan rasa cinta dan sayang kepada pasangannya dalam bentuk sikap dan tindakan. Hanya saja memang kemanjaan yang dia berikan buat istrinya kuacungi 4 jempol. Menjadikan istrinya sebagai ratu. (hehehehe ....)
Dalam rumah tangga kami yang masih baru ini, pekerjaan-pekerjaan rumah tangga kami kerjakan berdua. Kami tidak membuat perjanjian soal pengerjaan hal-hal seperti ini. Semuanya mengalir begitu saja sejak hari pertama kami hidup berdua. Terkadang dia membantu istrinya memasak dan berkutat di dapur. Telur dadar pedes dan sambel terasi buatannya malah lebih enak daripada buatanku. Cuma kalau nanak nasi saja yang kadang dia masih kurang menambah air, jadinya nasinya agak keras. (tapi rasanya tetep enak, nggak “nglethis”)
Setiap aku belanja ke pasar atau belanja bulanan ke swalayan, selalu ditemani. Mencuci piring maupun alat-alat masak, menyapu lantai rumah dan mengepel lantai, bersih-bersih rumah termasuk juga mencabuti rumput-rumput bandel yang tumbuh di samping dan depan rumah, mencuci baju (termasuk menjemur pakaian), sering dia bantu. Aktivitas menyeterika baju pun juga dia bantu. Kerja borongan deh jadinya, apa-apa serba dikerjakan berdua. Padahal kalau dipikir-pikir, badannya sudah sedemikian capek setelah bekerja mencari nafkah sampai larut malam. Tapi, pagi harinya dia masih membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan kadang-kadang, ketika aku pulang kerja, rumah sudah dalam keadaan rapi. Berbeda dengan pagi hari waktu aku berangkat kerja yang masih meninggalkan piring dan gelas kotor, juga lantai yang belum sempat disapu. Belum lagi dia tak pernah protes dengan masakan yang aku bikin. Semuanya dimakan tanpa protes kurang asin lah atau kurang manis lah atau kurang pedes lah. Masak apapun, asal dibikinin sambel dan disediain kerupuk, arjunaku sangat senang. Benar-benar tidak ribet soal makanan.
Kata adikku, suamiku lebay. Waktu kubilang itu ke suamiku, dia ketawa. “Cuma memanjakan istri dibilang lebay?” tanya suamiku sambil tertawa. Kalau diingat-ingat, sebenarnya suamiku memang tidak berlebihan alias lebay. Namanya juga suami istri, pasti saling mengungkapkan rasa cinta dan sayang kepada pasangannya dalam bentuk sikap dan tindakan. Hanya saja memang kemanjaan yang dia berikan buat istrinya kuacungi 4 jempol. Menjadikan istrinya sebagai ratu. (hehehehe ....)
Dalam rumah tangga kami yang masih baru ini, pekerjaan-pekerjaan rumah tangga kami kerjakan berdua. Kami tidak membuat perjanjian soal pengerjaan hal-hal seperti ini. Semuanya mengalir begitu saja sejak hari pertama kami hidup berdua. Terkadang dia membantu istrinya memasak dan berkutat di dapur. Telur dadar pedes dan sambel terasi buatannya malah lebih enak daripada buatanku. Cuma kalau nanak nasi saja yang kadang dia masih kurang menambah air, jadinya nasinya agak keras. (tapi rasanya tetep enak, nggak “nglethis”)
Setiap aku belanja ke pasar atau belanja bulanan ke swalayan, selalu ditemani. Mencuci piring maupun alat-alat masak, menyapu lantai rumah dan mengepel lantai, bersih-bersih rumah termasuk juga mencabuti rumput-rumput bandel yang tumbuh di samping dan depan rumah, mencuci baju (termasuk menjemur pakaian), sering dia bantu. Aktivitas menyeterika baju pun juga dia bantu. Kerja borongan deh jadinya, apa-apa serba dikerjakan berdua. Padahal kalau dipikir-pikir, badannya sudah sedemikian capek setelah bekerja mencari nafkah sampai larut malam. Tapi, pagi harinya dia masih membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan kadang-kadang, ketika aku pulang kerja, rumah sudah dalam keadaan rapi. Berbeda dengan pagi hari waktu aku berangkat kerja yang masih meninggalkan piring dan gelas kotor, juga lantai yang belum sempat disapu. Belum lagi dia tak pernah protes dengan masakan yang aku bikin. Semuanya dimakan tanpa protes kurang asin lah atau kurang manis lah atau kurang pedes lah. Masak apapun, asal dibikinin sambel dan disediain kerupuk, arjunaku sangat senang. Benar-benar tidak ribet soal makanan.
Alhamdulillahirabbil’alamin … bersyukur mendapatkan pasangan hidup yang mau berbagi beban. Saling mengisi dan melengkapi. Suami yang sangat penyayang dan penuh cinta. Menatap wajahnya saat dia tidur lelap membuatku semakin sayang. Ayang … semua yang Ayang berikan begitu menakjubkan. I Love You soooooooo much!
(Tulisan ini saya ambil dari catatan saya di akun FB saya pada usia 9 bulan pernikahan kami)
ahhh masakkk :D
BalasHapus