Selasa, 08 Februari 2011

Suamiku Sayang, Suamiku Sayang

Tak lama setelah menjalani operasi pengangkatan kista pada ovarium kananku, aku jadi sering merasa pegal-pegal di daerah pinggang hingga punggung. Pernah suatu kali, tulang ekorku serasa remuk redam tak karu-karuan. Rasanya linu bercampur sakit. Tak lama kemudian pinggangku jadi terasa kaku, sangat tak nyaman jika aku bergerak. Jangankan berjalan, hanya berdiri saja, kaku-kaku di pinggangku serasa bertambah berat.

Aku mencoba menelisik kira-kira apa yang menjadi penyebab tulang ekor dan pinggangku pegal-pegal seperti itu. Memang, dalam beberapa hari terakhir sebelum tulang ekorku terasa sakit, hampir sepanjang hari aku duduk di lantai memangku laptop. Pekerjaan kulakukan dengan duduk lesehan di lantai tanpa alas. Aku dan suamiku berpikir, apa mungkin hal itu yang menyebabkan pinggangku jadi terasa kaku. Meskipun aku sebenarnya tak hanya merasakan kaku-kaku di pinggang, karena pusing dan mual juga datang seiring dengan datangnya rasa pegal-pegal di pinggangku itu.

Karena semalaman penuh pegal-pegal di pinggang itu tak kunjung sembuh, aku dan suamiku berkonsultasi pada dokter yang dulu menangani operasi pengangkatan ovarium kananku. Menurut dokter tersebut, aku dan suamiku tak perlu khawatir karena pegal-pegal di pinggang dan rasa nyeri pada tulang ekor itu kemungkinan besar disebabkan duduk terlalu lama di lantai yang dalam beberapa hari terakhir kulakukan. Dokter tersebut menyarankan agar aku meminum ponstan ketika nyeri pada tulang ekor serta pegal-pegal di pinggangku, terasa. Dokter juga menyarankan agar aku menghindari duduk berlama-lama di lantai tanpa alas.

Setelah meminum obat yang disarankan dokter, beberapa jam kemudian rasa nyeri itu berangsur-angsur mulai berkurang meskipun belum hilang secara sempurna. Tapi, itu cukup melegakan dan membuatku nyaman untuk bergerak, minimal jalan-jalan di dalam dan seputar rumah.

Ketika aku kontrol kesehatan rahimku ke dokter tersebut belum lama ini, dokter mengatakan bahwa kista (atau tepatnya endometriosis-ini yang secara jelasnya kualami-) memang biasanya membawa dampak pegal-pegal atau nyeri pada pinggang. (Mohon masukannya jika ada yang lebih tahu mengenai hal ini, sekadar share saja). Duduk di lantai yang akhirnya menimbulkan rasa nyeri pada tulang ekor dan pinggangku tempo hari ibaratnya “nyengkakke” dampak yang biasanya muncul pada penderita endometriosis.

Demi melihatku yang sering merasa kaku di pinggang, suamiku kian bertambah tak tega jika meninggalkanku sendirian di rumah. Sebab, rasa nyeri dan kaku-kaku itu kurasakan hampir sepanjang hari, siang dan malam. Sedikit saja olah fisik, dapat dipastikan punggung dan pinggangku akan segera terasa kaku dan nyeri.

Jika rasa nyeri dan pegal-pegal itu menyerangku saat suamiku ada di rumah, tanpa harus kuminta, dengan sigap dia mengambilkan obat nyeri dan krim balsam untuk memijat. Tak hanya ketika dia santai, bahkan saat larut malam ketika dia pulang kerja, hal pertama yang dia lakukan adalah memijatku meskipun aku sudah tertidur pulas. (Suamiku rata-rata pulang kerja antara jam 21.30 WIB hingga 23.30 WIB). Meskipun kadang dia pulang kerja jam 2 dinihari pun, dia tetap memijat dengan tanpa menunjukkan wajah lelah. Suamiku selalu lembut dengan wajah berseri-seri meskipun pulang larut malam dalam keadaan lelah dan masih harus merawatku.

Suamiku sayang, suamiku sayang .... aku selalu merasa terharu dengan semua yang dia lakukan untukku. Pulang kerja larut malam, bahkan sampai dinihari, dia selalu menyempatkan memijat pinggang dan punggungku. (Hampir setiap malam, pinggang sampai punggung memang terasa nyeri). Padahal aku tahu dia sangat lelah dan mengantuk. Tapi, dia selalu ingat dengan nyeri di pinggang dan punggungku. Aku tahu bahwa badannya pun juga lelah setelah bekerja. Tapi, dia seolah tak memedulikan kondisi badannya sendiri dan justru memikirkan kesehatanku.

Suamiku sayang, suamiku sayang .... dia takkan membiarkan aku tertidur dalam keadaan pinggang nyeri dan kaku. Dengan sangat lihai, dia memijat hingga nyeri di pinggangku berangsur-angsur hilang. (Entah dia belajar memijat dari siapa dan dari mana. Pijatannya selalu membuat rasa nyeri pada punggung dan pinggangku berangsur-angsur hilang). Ketika aku mulai terbuai di alam mimpi setelah nyeri di pinggangku mulai sirna, tangannya baru berhenti memijat.

Suamiku sayang, seharusnya bukan kau yang memanjakan aku. Tapi akulah yang seharusnya memanjakanmu dengan pijatanku. Tapi, aku justru jarang memijatmu saat tubuhmu terasa lelah karena saat kau lelah, tubuhku juga remuk. Dan kau selalu tak mau dipijat dengan alasan akulah yang lebih butuh dipijat. Aku selalu merasa bersalah. Kelelahan dan kepenatan tubuhmu malah kau tambah lagi dengan memanjakan aku setiap saat dan setiap waktu. Entah pagi, siang, sore ataupun malam saat kau pulang kerja. Semoga Allah selalu menjagamu dan memberimu kesehatan. Semoga pula Allah segera memberikan kesehatan kepadaku. Amin ya rabbal’alamin ....


** Luv U **

2 komentar:

  1. like this so much, romantiss...nikmat yang tak terkira punya suami seperti itu yaa mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Mbak Woro. Nikmat tiada duanya. :-))

      Hapus