Minggu, 06 Februari 2011

Yuk, Buruan Bayar Utang-Utang Kita!

Beberapa hari yang lalu saya ngobrol sama temen. Topik yang kami bicarakan sebenernya nggak kami rencanakan alias semua ngalir aja. Lebih tepatnya mungkin curhat kali, ya? Tapi, ada satu hal yang saya catat betul-betul dalam hati maupun pikiran saya. Melunasi utang!

Temen saya cerita, ada seseorang yang mau meminjam uang padanya. Tapi, dari pengalaman beberapa orang yang pernah berurusan dengan si calon peminjam ini, urusan utang sering nggak berakhir dengan baik alias si peminjam nggak segera membayar utang sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. Bahkan, sebelum melunasi utang sebelumnya, si peminjam udah meminjam uang lagi kepada orang lain. Begitu seterusnya (jadi ribet dan panjang, deh).

Intinya, apa yang mesti temen saya lakukan? Apakah akan meminjamkan uangnya ataukah tidak? Sedangkan si calon peminjam uang terkenal sering tidak membayar kewajiban membayar utang.

Saya jadi teringat dengan kisah yang pernah saya alami. Saat itu saya masih kuliah. Saat itu saya baru aja memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) baru. STNK kendaraan saya juga baru ganti nama (tapi kendaraan saya nggak baru, hehehe …). Sekitar tiga bulan punya SIM dan STNK baru, sepeda motor berikut SIM dan STNK saya dipinjam seorang teman. Setelah sehari semalam dipinjam, sepeda motor saya dikembalikan. Temen saya bilang kalau dia habis kecopetan. Naasnya, SIM dan STNK saya ikut dicopet. Waktu mengembalikan, dia bilang sedang terburu-buru dan langsung pergi setelah sebelumnya menyerahkan kunci kontak sepeda motor saya sambil bilang, “Maaf ya atas SIM dan STNK-nya?”

Yang menjadi menjadi pikiran saya saat itu adalah tindak lanjut dari itu semua. Sebagai seorang mahasiswa yang hidup ngekos, uang saya pas-pasan. Bapak ibu saya juga bukan orang berpunya. Dan lagi, SIM dan STNK itu masih terbilang baru, soalnya baru tiga bulan. Untuk ukuran keluarga saya, uang untuk membuat SIM dan STNK sekaligus, bukan jumlah yang kecil.

Saya berpikir keras gimana harus bilang ke bapak ibu saya tentang SIM dan STNK itu. Saya tunggu sampai satu minggu, teman saya tidak menanyakan kelanjutan masalah itu. Padahal, untuk mencari SIM dan STNK baru, terlebih dahulu harus mencari surat keterangan dari kepolisian tempat hilangnya SIM dan STNK saya. Akhirnya setelah hampir dua minggu nggak ada kabar, saya ke kantor polisi untuk mencari surat keterangan kehilangan.

Setelah memegang surat tanda kehilangan, saya pulang ke rumah. Saya beranikan diri bilang pada bapak ibu bahwa saya baru aja kecopetan. SIM dan STNK saya ikut hilang bersama dompet yang dicopet. Saya berbohong bahwa sayalah yang kecopetan. Dan saya pun menerima omelan bapak ibu saya. Yaaaa … mau gimana lagi kalau saya nggak nerima dimarahi.

Karena saat itu sedang menjelang membayar semesteran kuliah, dan uang yang dikumpulkan oleh bapak ibu juga masih kurang untuk membayar uang semesteran saya dan adik saya, akhirnya ibu terpaksa menjual pohon kelapa di kebun. Saya merasa sangat bersalah sekali waktu itu (juga sampai sekarang).

Singkat cerita, akhirnya saya nyari SIM dan STNK baru lagi dengan uang dari menjual pohon kelapa itu. Sampai saya punya SIM dan STNK baru lagi, setiap ketemu, temen saya tetep nggak menanyakan kabar kecopetan itu. Saya sempet deg-degan waktu beberapa bulan kemudian, dia tahu saya udah punya SIM dan STNK baru, trus meminjam sepeda motor saya lagi berikut SIM dan STNK-nya. Takut hilang lagi. Tapi, alhamdulillah nggak hilang lagi.

Kasus kedua terjadi saat saya udah kerja. Ada seorang temen meminjam uang untuk membayar semesteran. Sampai kesepakatan pengembalian, teman saya itu belum juga mengembalikan. Karena saat akad peminjaman itu diketahui oleh temen saya yang lain, saya cerita masalah itu padanya. Teman saya iseng menanyakan kepada teman saya yang meminjam uang apakah udah mengembalikan pinjamannya kepada saya atau belum. Dan jawaban yang didapat adalah teman saya bilang tidak merasa meminjam uang ke saya. Ouw … ouw … ya udah kalau begini. Diingatkan kembali tentang kronologis peminjaman, temen saya tetep nggak ngerasa minjam uang ke saya.

Ya udah … saya mengikhlaskan aja. Saya lupakan aja kejadian itu. Tapi, sekitar empat atau lima bulan kemudian, teman saya yang meminjam uang itu tiba-tiba mengirim SMS kepada saya meminta nomor rekening saya. Dia bilang udah ingat bahwa dia pernah berutang kepada saya. Usut punya usut, ternyata teman saya yang mengetahui akad peminjaman itu masih berusaha mengingatkan tentang kronologis utang. Saya jadi terharu dengan teman saya ini. Makasih, ya Sist? ^_^ Di belakang saya, dia berusaha agar teman saya mengembalikan pinjaman kepada saya. Dia tahu, saat itu saya sedang sangat membutuhkan uang. Sementara dia menjadi saksi akad pinjam-meminjam antara saya dan temen saya.

Kasus ketiga juga terjadi saat saya udah kerja. Salah seorang temen saya meminjam uang. Katanya untuk keperluan keluarga. Mungkin dia juga lupa seperti kasus-kasus saya sebelumnya. Jadi, ya lewat aja ke bab berikutnya. Hehehe … ^_^

Hmmm … bab uang kali ini juga sama lupanya mungkin. Saya juga sampai lupa berapa jumlah tepatnya. Ya udah, lewatin aja. Dan yang terakhir, ini terjadi belum lama. Mungkin sekitar empat atau lima bulan lalu. Salah seorang teman suami saya bilang mau minjam uang sekian juta. Katanya untuk keperluan keluarga. Dia bilang, dalam waktu tiga atau empat hari, uangnya akan dikembalikan. Sebenernya waktu itu kami ada uang, meskipun hanya setengahnya. Uang itu sebenarnya akan kami pakai untuk keperluan kami. Tapi jika dipinjamkan sementara, nggak masalah. Hanya aja, dulu orang ini pernah meminjam uang kepada suami saya. Dan sampai saat ini, dia belum juga mengembalikan. Berdasarkan pengalaman beberapa teman suami saya, ternyata orang ini suka meminjam uang dan nggak mengembalikan pinjamannya. Akhirnya, dengan sedikit berbohong bahwa kami sedang ada kebutuhan mendesak, suami saya bilang bahwa kami tidak bisa meminjamkan uang.

Hhhh … suka meminjam uang kayaknya emang banyak terjadi. Menurut saya, sebenernya meminjam itu nggak apa-apa, asalkan dikembalikan sesuai dengan kesepakatan. Yang meminjamkan akan meringankan beban yang meminjam, dan beban yang dipinjami juga akan menjadi ringan. Artinya, ada saling tolong menolong. Tapi kalau gali lubang terus tanpa berusaha menutup lubang, itu yang repot.

Efek yang akhirnya terjadi sebagai akibat dari semua itu, tentu orang-orang yang pernah dipinjami uang akan kapok meminjami lagi jika si peminjam mengalami kesulitan keuangan. Si peminjam tersebut akan kehilangan kepercayaan alias orang-orang nggak lagi percaya jika dia meminjam uang lagi. Tabiat tidak segera membayar utang sesuai dengan kesepakatan (atau bahkan lari dari tanggung jawab membayar utang) ini juga berarti telah mendzolimi orang lain. Sedangkan bagi yang minjemin uang, kalau yang meminjam uang udah diingetin tapi tetep nggak segera dibayar, ya udah diikhlasin aja. Hitung-hitung sedekah. Semoga Allah ngasih penganti yang jauh lebih banyak dari yang diutang oleh temen atau saudara kita.

Dalam salah satu riwayat, Nabi Muhammad saw. bersabda, “Penundaan utang bagi mereka yang mampu adalah satu kedzaliman.” (HR. Bukhari)

Rasulullah saw. juga mengingatkan bahwa jika seeorang meninggal dunia, sedangkan dia masih berutang, dosanya tidak akan diampuni. Oleh karena itu, kalau kita memiliki utang, sebaiknya segera melunasi utang-utang kita. Kita tempatkan membayar utang di list pertama ketika kita memiliki uang cukup atau bahkan berlebih. Jangan sampai kita melakukan kedzaliman pada orang yang sudah meminjami kita. Dan yang lebih penting adalah semoga kita semua dihindarkan dari mengutang. Semoga kita semua selalu berkecukupan sehingga nggak perlu utang. Bebannya berat … :-( Curhat pribadi deh, kalau ini. Hehehe … Ya Allah … keluarkan hamba dari utang. Amin …

Temans … kalau ada yang merasa saya utangi, bilang, ya? Takutnya saya juga lupa. Haduuuhhh … kok jadi ikut-ikutan latah lupa, ya? Hehehe … ^_^

1 komentar:

  1. Halo Sir / Madam,

    Saya adalah Ibu Jessica GOMEZ dari Cile Saya mencari pinjaman selama beberapa tahun Saya 6 kali menjadi korban penipuan dengan pemberi pinjaman palsu yang memiliki saya rune, saya memang berusaha bunuh diri karena mereka. Karena saya memiliki hutang dan tagihan untuk membayar. Saya pikir sudah berakhir untuk saya, saya tidak lagi memiliki rasa hidup.
    Tapi untungnya saya telah melihat kesaksian yang dibuat oleh banyak orang tentang Bapak FARIS DARI WIN TRUST MORGAGE, jadi saya menghubungi dia untuk mendapatkan pinjaman saya untuk melunasi hutang saya dan melaksanakan proyek saya. Dengan RONALD FARIS DARI WIN TRUST MORGAGE bahwa hidup tersenyum kembali adalah ratu hati yang sederhana dan sangat komprehensif.
    Jika Anda membutuhkan pembiayaan; Pinjaman pribadi, Refinancing pinjaman, pinjaman Investor, pinjaman mobil, pinjaman konsolidasi Utang, Pinjaman Usaha, Pinjaman Internasional dari setiap proyek, orang ini akan membantu Anda mewujudkannya dan mendukung Anda secara finansial.

    RONALD FARIS
    NOMOR WHATSAPP: +15186011323
    E-MAIL ADDRESS ----- [dporterwintrustmortgage@outlook.com]
    WIN TRUST MORTGAGES

    BalasHapus